Saturday, February 22, 2014

N a m o

Namo(cakap Karo) jika diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia berarti: bagian terdalam/lubuk dari sebuah wadah air, misalkan: kolam, sungai, danau, ataupun laut. Dalam perkembangan bahasa yang dipengaruhi oleh dialek-dialek asing, kata namo kemudian mengalami beberapa perubahan bunyi, seperti namo/namau/namu, dll.

Tenang kel launna i joh, ugapa pé oh namo(tenang sekali airnya dibagaian sana, pasti itu namo/lubuk/bagian terdalam). Ola kéna ku namo éna, gedap kari kéna(jangan kalian ke namo/lubuk/bagian terdalam itu, tenggelam nanti kalian). Meter kel launna, berarti Lau é la ernamo(deras sekali arinnya, berarti sungai ini tidak bernamo). Mbages kel namona(dalam sekali namo/lubuknya).

Berikut nama-nama daerah yang mengandung kata namo, yang tersebar di beberapa wilayah di Sumatera Utara.

1. Namo Batang 
2. Namo Bintang
3. Namo Buah
4. Namo Buhara
5. Namo Bulan
6. Namo Cengkéh
7. Namo Cikala
8. Namo Can-can
9. Namo Gajah
10. Namo Kamuna
11. Namo Keling
12. Namo Kelungen
13. Namo Kuala Dekah
14. Namo Landur 
15. Namo Mbacang
16. Namo Mbaru
17. Namo Mbulan
18. Namo Mbelin
19. Namo Mirah
20. Salang Namo Mbelin
21. Kuala Namo
22. Namo Nderasi
23. Namo Pakam
24. Namo Pinang
25. Namo Puli
26. Namo Raja
27. Namo Pecawir
28. Namo Rangkup
29. Namo Rambé
30. Namo Rindang
31. Namo Rindang Bernih
32. Namo Rubé Julu
33. Namo Rubé Jahé
34. Namo Rih
35. Namo Riam
36. Namo Tating
37. Namo Terasi
38. Namo Tumpa
39. Namo Sira-sira
40. Namo Simpur Buaten
41. Namo Serit
42. Namo Suro
43. Namo Suro Baru
44. Namo Suro Lama
45. Dll.

Silahkan tambahkan daftar nama kuta/kampung yang memakai kata "namo" pada kota komentar. Mejuah-juah.




Sunday, February 2, 2014

KBB: Formula ampuh melawan Lupa(Bag. I: Sambungan)

KBB
          Pada tulisan sebelumnya yang berjudul: KBB: Formula ampuh melawan Lupa(Bag. I), sedikit saya membahas tentang kejadian di tahun 1988 dimana seluruh masyarakat Karo bersatu padu melakukan perotes kepada pemerintah dikarenakan pihak pemerintah hendak memberi nama Sisingamangaraja XII untuk Tahura Bukit Barisan(sekarang) yang terletak di Desa Tongkeh, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo, Sumatera Utara) [alasanya masyarakat Karo menolak: baca tulisan sebelumnya KBB: Formula ampuh melawan Lupa(Bag. I)].

          Dari tulisan yang pertama yang telah didiskusikan di beberapa jejaringan sosial, membuat saya tersadar bahwa penamaan Tahura Bukit Barisan bukan hanya alternatif dan jalan tengah untuk meredam masalah(tentunya masyarakat Karo tidak akan memperpanjang masalah), tetapi sesungguhnya tanpa disadari dan seperti sifat dan jiwa kalak Karo yang kurang suka berkoar-koar dan lebih memilih zona aman dan jika istilah pasarannya cantik main; penamaan bukit barisan  kepada Tahura yang kini menjadi salah satu tujuan wisata di Berastagi ini: mengembalikan kedaulatan(konteks: harga diri) masyarakat Karo dan Taneh Karo, demikian juga halnya dengan kasus Kuala Namo International Airport (KANIA) setelah proses panjang dan banyak usulan nama-nama tokoh yang tidak ada satupun nama tokoh dari Karo yang dikuatkan, padahal lokasi bandara tersebut masih masuk dalam wilayah adat masyarakat Karo – Melayu(konsep Taneh Karo Simalem). 

             Terima kasih buat bapak Juara R. Ginting yang telah mengingatkan saya tentang hal ini. Dan sekali lagi kita bersyukur dengan munculnya diskusi-diskusi KBB yang mengingatkan dan menyadarkan kita kembali apa yang sesungguhnya terjadi terhadap kehidupan masyarakat Karo dan Taneh Karo Simalem di masa lampau, dan ini menjadi suatu formula obat bagi kita untuk melawan lupa akan sejarah, jati diri, tradisi, dlsb kita. Mari terus kita galakkan diskusi KBB ini untuk menggali lebih dalam lagi hal-hal yang berkaitan tentang perkembangan kekaroan kita. Mejuah-juah Indonesia; Mejuah-juah Sumatera Utara; Mejuah-juah Taneh Karo Simalem; Mejuah-juah Kita Kerina.