Sora
Mido(Suara Kesedihan). Sebuah syair dan lagu yang menggambarkan pristiwan "Karo Lautan Api" pada agresi militer Belanda I ditahun 1946. Lagu dan syair ini merupakan ungkapan kesedihan ataupu ratapan karena
peperangan yang menimbulkan banyak korban harta, benda, dan jiwa. Lagu ini
menggambarkan totalitas masyarakat Karo dalam berperang mempertahankan harga
diri dan wilayahnya, dimana sejarah mencatat bahwa hampir seluruh wilayah Taneh
Karo Simalem dibumi-hanguskan agar serdadu Belanda tidak dapat mempergunakan fasilitas
apapun untuk menunjang administrasi dan pertahanannya di Taneh Karo.
Dalan
catatan sejarah Drs. Teridah Bangun mengatakan, pada agresi Belanda I tahun 1946 banyak
kuta (kampung) yang dibumi-hanguskan supaya tidak dapat dipergunakan oleh
pihak Belanda. Terdapat 53 kuta yang dibumihanguskan di Tanah Karo, yakni: 1.
Jumaraja (Cintarayat); 2. Keling; 3. Payung; 4. Berastepu; 5. Batukarang; 6.
Sarinembah; 7. Perbesi; 8. Kuala; 9. Kutabangun; 10. Pergendangen; 11.
Keriahen; 12. Singgamanik; 13. Kinepen; 14. Munthe; 15. Suka; 16. Rumah
Kabanjahe; 17. Kota Kabanjahe; 18. Berastagi; 19. Kacaribu; 20. Kandibata; 21.
Lau Baleng; 22. Susuk; 23. Tiganderket. 24. Kuta Buluh; 25. Tanjung; 26.
Gurukinayan; 27. Selandi 28. Kidupen; 29. Gunungmanukpa; 30. Toraja; 31.
Silakkar; 32. Rajatengah; 33. Tigabinanga; 34. Ajinembah; 35. Tiga Panah; 36.
Barus Jahe; 37. Tigajumpa; 38. Merek; 39. Tengging; 40. Garingging; 41. Ergaji;
42. Barung Kersap; 43. Tanjung Beringin; 44. Naman; 45. Sukadebi; 46.
Kutatengah; 47. Sigarang-garang; 48. Ndeskati; 49. Gamber; 50. Gruhguh; 51.
Sukajulu; 52. Kuta Lepar; dan 53. Mbang Sibabi. Kemudian rakyat Karo mengungsi
ke Tanah Pakpak Dairi dan Tanah Alas di Aceh . Setelah perjanjian Renville
Januari 1948 baru mereka kembali ke kampungnya masing-masing. Lagu dengan melodi yang liris dan syahdu sangat tergambar kesedihan dan kepiluan didalamnya, ditambah penjelasan dari
syairnya menggambarkan kekejaman peperangan, sehingga dibait-bait akhirnya
ada terselip himbauan bagi para sinatang
layar-layar(pemegang bendera, maksudnya: bendera lambang negara yang
berdaulat, sehingga sinatang layar-layar merujuk
kepada orang-orang yang memegang kedaulatan atau sederhananya pemerintah yang
berkuasa) jangan melupakan kegetiran masa perang dan agar menghormati jasa-jasa
pejuang dan keluarganya yang telah berkorban, sehingga kelak tidak ada lagi
peperangan dan generasi berikutnya mampu menghargai jasa perjuangan bangsanya
dan membawa bangsa Indonesia ini ke perubahan yang terus semakin baik. Berikut
syair dari lagu Sora Mido.
Sora Mido
oleh: Djaga Sembiring Depari
Terbegi sora
bulung-bulung erdeso
I babo makam
pahlawan silino
Bangunna
serko medodo
Cawir cere
sorana mido-idom
Cawir cere
sorana mido-idom
Terawih
dipul meseng kutanta ndube
Iluh
silumang ras simbalu-mbalu erdire-dire
Sora
ndehereng erperenge-renge ate
Kinata
ngayak-ngayak merdeka ndube
Kinata
ngayak merdeka ndebe
Emakana
tangarlah si 'ncikep layar-layar
Ola kam
merangap, turang dingen ola kena erjagar-jagar
Kesah ras
dareh kel ndube tukurna merdekanta enda
Ola lasamken
pengorbanen bangsanta
Ola lasamken
kahulna bangsanta
Enggo kap
megara lau lawit ban dareh simbisanta
Enggo
megersing lau paya-paya ban iluh tangista
Enggo kap
gelap langit perbahan cimber meseng kutanta ndube
Kinata
ngayak-ngayak medeka kita
Kinata
ngayak-ngayak merdeka kita
Tegu min
dage temanta si’nggo cempang
Didong
doahken anak sitading melumang
Keleng ras
dame ateta sada karang
Em pertangisen
kalak lawes erjuang
Em
pertangisen kalak lawes erjuang
Terbegi sora
bulung-bulung erdeso
Cawir cere
sorana mido-idom
Cawir cere
sorana mido-idom
No comments:
Post a Comment
Mejuah-juah!