Karo(Aru/Haru) adalah suku asli yang mendiami Sumatera
bagian utara, timur, dan tengah. Dipercaya, dahulu kala daerah Karo(Aru/Haru) ini didiami
oleh suku bangsa yang bernenek moyangkan Karo(Aru/Haru) yang dikemudian hari
diyakini dari nenek moyang Karo inilah lahirnya Merga Silima(1. Karo-karo, 2. Ginting, 3. Tarigan, 4. Sembiring, dan
5.Peranginangin) dan selanjutnya dari Merga Silima itu, terlahir cabang(sub-) merga serta sib(rantingnya). Namun, dalam perjalanan suku bangsa Karo ini, terjadi
invasi-invasi dari beberapa suku bangsa baik yang memiliki pertalian dekat
maupun jauh dengan Karo itu, yang dimana
sebahagian besar mereka diindikasikan dari negeri-negeri di Selatan India,
seperti: Colay(Cōla),
Pandya(Pandyth), Palawa, Teykaman, Muoham,
Malaylam, dan Kalingga (Orysa), dll., yang kemudian berbiak, membentuk klan-klan-nya, beradaptasi(bukan membentuk budaya Karo itu) dengan
budaya Karo Tua(Proto Karo), kemudian kelompok
tersebut merasuk ke Karo itu dan menjadi bagian dari Merga Silima tersebut, atau
dengan kata lain menjadi sub/sib merga Merga Silima(baca etimologi marga). Diyakini juga, masa invasi-invasi ini berlangsung cukup lama, setidaknya sekitar 200 tahun Sebelum Masehi(SM) hingga masa masuknya Hindu sekitar awal abad ke-13 Masehi, maka pada invasi ini mereka bukan membentuk namun beradaptasi dengan budaya Karo yang telah ada walau tidak dapat dipungkiri jikalau mereka juga turut serta dalam menambah variasi dari tradisi budaya Karo itu.
Keberadaan suku bangsa
Karo diyakini sudah ada jauh sebelum abat I(pertama) tahun Masehi, hal ini juga ditunjukan dengan keberadaan kerajaan Aru(Haru-Karo) yang dimana diyakini
berdirinya sekitar awal-awal tahun Masehi, sehingga berkesimpulan dari tradisi ini, maka diyakini benih-benih Karo telah ada sebelumnya. Aru/Haru, merupakan salah satu kerajaan tua yang pernah berdiri di Pulau
Sumatera tapatnya berpusat di wilayah Sumatera Utara sekarang, yang tumbuh dan
berkembangnya bersamaan dengan beberapa kerajaan besar di nusantara, seperti:
Sriwijaya, Majapahit, Malaka, Johor, dll. Hal ini ditandai dengan adanya
interaksi antara Aru/Haru dengan kerajaan-kerajaan tersebut, seperti: peperangan,
interaksi pelayaran, agama, perdagangan; baik secara langsung maupun yang
tersirat dalam bentuk sastra kelasik.
![]() |
Gua(rumah) Umang yang banyak ditemukan di wilayah -wilayah Karodiyakini tempat tinggal manusia Purba. |
Brahma
Putro dalam bukunya yang
berjudul “Karo dari zaman ke zaman” mengatakan kalau Aru/Haru telah ada pada abad
I Masehi dengan raja pertamanya bernama Pa Lagan(kisah kebesaran Pa Lagan ini juga tersirat dalam Babat Sunda dan kitab Manimengelai
karya pujangga populer India, Brahma Putro), yang berpusat di Teluk Haru(Langkat). Dan, penyebaran
suku Karo ini meliputi keseluruhan wilayah Aru/Haru yang secara garis besar
meliputi Sumatera bagian utara(termasuk Aceh), timur, dan tengah. Keberadaan suku Karo di Aceh ini dikatakan
Brahma Putro dengan adanya kerajaan Karo di Aceh dimana dikatakan juga
raja Karo terakhir yang pernah berkuasa di Aceh bernama Manang Ginting Suka. Hal ini juga sejalan dengan apa yang
dikemukakan oleh H. Muhamad Said
dalam bukunya “Aceh Sepanjang Abad” (1981), yang mengatakan bahwa
penduduk asli Aceh Besar adalah keturunan yang mirip Batak(walau tidak secara
diteil dijelaskan). H. M. Zainudin
dalam bukunya “Tarikh Aceh dan Nusantara”(1961) menuturkan bahwa di
lembah Aceh Besar selain
kerajaan-kerajaan Islam juga ada berdiri kerajaan Karo, yang dalam logat Aceh
disebut Karéé. Dan, beliau juga menambahkan bahwa penduduk asli bumi putra dari
XXV Mukim bercampur dengan Karo, dan itu-lah yang disebutkan tadi diatas dengan Karéé.
![]() |
Sapo Karo di Kuta Raja (Banda Aceh) |
Dikemudian hari, terjadi persengketaan antara suku Karo dengan kaum Hindu di Aceh, sehingga untuk menyelesaikan pertikaian ini disepakati diadakan perang tanding antara tiga ratus(300) orang suku Karo melawan empat ratus(400) kaum Hindu di sebuah lapangan terbuka. Namun pada akhirnya pertikaian ini berakhir dengan damai, dan sejak saat itu suku Karo disana disebut kaum tiga ratus atau Kaum Lhee Reutoih dan kaum Hindu disebut kaum empat ratus. Kemudian hari terjadi percampuran antara suku Karo dan kaum Hindu, dan kelompok percampuran ini disebut dengan Kaum Jasandang.
![]() |
Sapo Karo di Kuta Raja (Banda Aceh) |
Diyakini,
Hindu sudah masuk ke nusantara,
juga ke Karo(Aru/Haru) di awal-awal tahun Masehi, dimana dipercaya aksara Palawa(wenggi) mulai
diperkenalkan bersaman dengan
bahasa Sansekerta, dan diikuti oleh Budha lima abad kemudian (abad ke-5 M) bersamaan dengan masuknya aksara Nagari yang diyakini menjadi cikal bakal lahirnya Tulisen Karo(Surat Aru/Haru), aksara Melayu Kuno, Jawa Kuno, Batak, dll. Mereka(misionaris
zending Hindu) merupakan penganut Senata Dharma. Hal ini didukung dengan
ditemukannya sebuah inskripsi pada batu
bertulis di Lobu Tua, dekat Barus (pantai barat Sumatera bagian
Utara), yang ditemukan oleh G.J.J. Deuts
pada tahun1879 M.
Tulisan tersebut di tahun 1932 oleh Prof.
Nilakantiasastri, guru besar dari Universitas Madras diterjemahkan. Maka,
diketahuilah bahwa pada tahun 1080 M, di
Lobu Tua tak jauh dari Sungai Singkil
ada permukiman pedagang dari India
Selatan. Mereka orang Tamil yang menjadi pedagang kapur barus yang menurut
tafsiran membawa pegawai dan
penjaga-penjaga gudang kira-kira 1. 500 orang.
Mereka diyakini berasal dari negeri-negeri di Selatan India, seperti: Colay(Cōla), Pandya(Pandyth), Teykaman,
Muoham, Malaylam, dan Kalingga (Orysa).
Sekitar tahun 1128-1285 M karen
terdesak oleh misi dagang dan siar Islam yang dilakukan serdadu dan
pedagang Arab serta Turki(ada beberapa ahli berpendapat jikalau mere terdesak
oleh sedadu Jawa, Minang, ataupun Aceh), maka
kaum Tamil di Barus mengungsi ke
pedalaman Alas dan Gayo (di
Kabupaten Aceh Tenggara),
dan kemudian mendirikan Kampung Renun.
Ada juga yang menyingkir lewat Sungai
Cinendang, lalu berbiak di pelosok Karo
kemudian mendirikan kuta(kampung) Lingga, serta
Sembiring Singombak yang diantaranya:
Sembiring Brahmana, Pandia, Colia, Guru
Kinayan, Keling, Depari, Pelawi(Pahlawi/Palawa), Bunu Aji, Muham, Busok,
Meliala(Maliala/Milala), Maha, Tekang(Teykang), Pande Bayang, dan Kapur. “Bayangkan, bangsa dari negeri yang jauh berlayar ke
nusantara dengan peradaban yang tinggi harus berbaur dan mau mengaku Karo demi
sebuah kehidupan. Dari hal ini dapat kita asumsikan kalau Haru(Karo) itu adalah
tempat yang nyaman bagi seluruh bangsa dan juga telah memilik peradapan yang
tinggi pula.”
![]() |
Monumen GURU PATIMPUS PELAWI |
Bukan
itu saja, banyak tradisi di Karo yang sama dengan kebiasaan masyarakat di
Selatan India, antara lain: masyarakat
Karo dahulu selalu melakukan doa di malam bulan purnama serta menyanyikan
mangmang/tabas(mantra/doa) dengan cara ngerengget seperti para pendeta Hindu
melantunkan mantr; Mbesur-besuri, nengget, mbaba anak ku lau, erpangir,
ergunting, erkiker(memotong gigi), dll. Dan, dahulu wanita-wanita di Karo
juga suka membuat titik merah dikeningnya seperti halnya yang dilakukan
wanita-wanita di India(sekarang juga bagi pemeluk kepercayaan pemena). Ikuti link ini: http://karosiadi.blogspot.com/2012/12/pencak-gelang-gelang-mulih-mulih.html dan dengarkan lagu ke-5, dimana seorang melantunkan mangmang/tabas(mantra) Karo (Title : Sumatra. 14, Berastagi and Kampung Doulu, Kabanjahe, North Sumatra; Creator : Margaret J. Kartomi; Contributor : Monash University. Faculty of Arts. School of Music-Conservatorium; Date : 1971; Recording session 1 (30 Dec. 1971 in Berastagi) : No.1. Pencak (continued from MK1-SUM0147) ; No.2. Gelang-gelang ; No.3. Pencak ; No.4. Mulih-mulih ; No.5. Mantera)
Dalam
hal seni, beberapa tafsiran juga muncul, diantaranya rengget(cengkok) Karo yang hampir sama dengan cara
orang India untuk melantuntak mantra, suara sarune(serunai) yang tinggi di Karo yang endekna(cara permainannya) sama seperti teknik vocal wanita di India,
serta beberapa perkusi Karo yang juga serupa
dengan yang ada di India.
Berdasarkan pada catatan seorang pelaut Cina bernama Fahien yang melakukan perjalanan di
tahun 414 M, Aru/Haru sudah ada walau tidak dijelaskan letaknya secara
pasti. Dan, abad ke-9 M kembali muncul beberapa nama kerajaan seperti: Rami(Lamuri[-di] di Aceh), Balus(Barus), Jahé(Sriwijaya), Melayu,
dan Harlanj(Aru/Haru/Karo).
Dalam tradisi Karo
sendiri, dikatakan Haru berdiri sekitar tahun 685 M yang berpusat disekitar
Teluk Haru(Langkat) dengan rajanya yang pertama bernama Pa Lagan. Dikemudian hari, karena seringnya terjadi peperangan di
wilayah-wilayah Haru ini, maka pusat kerajaan mengalami perpindahan ke
pedalaman Deli, namun karena saat itu tidak ditemukan kesepakatan akan pusat
kerajaan dan kekuasaan maka pada akhirnya kerajaan ini terbagi atas beberapa
kerajaan besar dan juga urung-urung. Adapun kerajaan-kerajaan pecahan Haru itu,
diantaranya: Kerajaan Haru Mabar, Kerajaan Haru Wampu, Kerajaan Haru Kuta
Buluh, Kerajaan Haru Pasé, Kerajaan Haru Lingga Timur Raya, dan Kerajaan Haru
Deli Tua.
Tahun 860 M, Kerajaan Haru diserang oleh Sriwijaya(Jahé) di Teluk
Haru(Langkat) tetapi tidak berhasil, namun banyak penduduk Haru yang pindah ke Alé(Deli Tua) dan Gugung (pegungungan/dataran tinggi Karo) untuk
menghindari peperangan. Pada masa-masa inilah banyak masyarakat Aru/Haru(Karo) yang bermigrasi ke pegunungan, sehingga diyakini dimasa ini-lah awal
munculnya sebutan kalak jahé(orang
hilir) ataupun Karo Jahé(orang Karo
dari hilir). Adapun peninggalan serangan Sriwijaya itu ialah para serdadu
Sriwijaya yang tertinggal dan tertawan yang kemudian beradaptasi dengan budaya Karo dan masuk menjadi bagian salah satu
dari merga Karo-koro sub-merga Karo-karo Paroka.
Di tahun 1000 – 1449 M di Eropah diketahui setidaknya 12 orang
telah menggunakan kata Munthé(Muté)
ini dibelakang namanya, salah satunya adalah Ascricus
van Munthe(1072) dari Vlanderen yang sekarang merupakan wilayah Belgia. Apakah mungkin Munte yang di Sumatera sudah sampai di Belgia di Tahun
1000? Jika kita berpatok pada masa kemunculan kerajaan Haru(Karo),
Nagur(Simalungun), dan Padang Lawas serta Pané(Mandailing), ya mungkin saja!
Mengingat, setidaknya aktivitas pelayaran internasional di Barus sudah dimulai
sejak abad ke-5 M. Bahkan di Norwegia, di abad
ke-16 muncul Ludvig
Munthe. Mengingat jarak antara Belgia dengan Norwegia yang
sangat jauh(…) apakah keluarga Munté Belgia ini sama dengan Munté di Norwegia?
Namun, jika ditinjau dari faktor waktu(tahun 1000 – 1500’an) dan geografis hal
ini juga sangat memungkinkan terjadi, mengingat pelabuhan Belgia yang
berhadapan langsung dengan Laut Norwegia melalui Laut Utara yang diapit
kepulauan Britania Raya di barat dan di sebelah timur dikelilingi Belanda,
Jerman, dan Denmark. Bahkan, silsilah dari Ludwig Munthe(1593-1649)
ini disusun dengan sangat rapih oleh Severre Munthe, dalam buku Familiem Munthe In Norge. Sekitar tahun 1995 diperkirakan jumlah
keturunannya lebih lima ratus jiwa. Munthe di Norwegia ini juga mengakui dan menyatakan bahwa Vlanderen(Belgia) adalah
tanah asal leluhur mereka ( dokumen terlampir di: http://www.geocities.com/-ascricus/genealogy/surnames.htm | http://www.genealogy.munthe.net/ | http://www.sverre.munthe.net ). Dari cerita diatas, maka timbullah pertanyaan besar: apakah
Munte(Munthe) di Belgia, Norwegia, dan wilayah Eropah lainnya mencerminkan atau
bahkan satu nenek moyang dengan Munthe yang tersebar di nusantara? Dan,
darimanakah alsal Munthe ini sesungguhnya? Ya, itu pertanyaan yang menjadi
misteri besar, tetapi setidaknya ada beberapa tradisi yang mendukung keberadaan
Munthe itu lebih awal di utara Danau Toba(Karo), yakni: Tradisi Ginting Munthe
itu sendiri, yang didukung oleh tradisi Ginting Pasé, Ginting Manik, Seraggih Munthe(Simalungun), Dalimute(Labuhan Batu) Karo-karo
Sinulingga(tradisi Karo) dan juga tradisi Simalungun.
Sebuah cerita menarik, pernah dikatakan seorang
Anthrofologi ber-merga Munté yang tinggal di Madagaskar asal Norwegia mengunjungi Kuta Ajinembah(Tanah Karo/Larolanden), diantar oleh Pengurus Nomensen dan
diterima oleh Pendeta Pantekosta Ajinembah (1971 ). Beliau
mengemukakan bahwa leluhurnya berasal dari Ajinembah di
rumah sendi, dan mengatakan “putih” dalam bahasa ibunya dengan “Mbulan”. (Penutur,
penduduk Ajinembah, 2001 dalam buku Kenangan
Marga Munthe, hal. 221).
“seperti bunyi surat yang ditulis sdr. Severre Munthe, bahwa seorang Munthe pakai huruf “h” atau tidak pakai huruf
“h” masa koloni monopoli dagang, tinggal di kampung yang bernama Munte , bermasyarakat dan
hidup turun temurun.” (dalam dok. Dame Munthe: “MUNTHE DARI NORWEGIA?”). Ket: Kuta(Kampung) Munte terletak di Kab. Karo, Sumatera Utara dan sekarang menjadi nama sebuah wilayah kecamatan di Kabupaten Karo.
![]() |
Geriten Karo di Istana Sultan Deli (1877) |
Tahun 1331 M
dibawah pinpinan Maha Patih Gajahmada kerajaan Majapahit menyerang Haru, tetapi gagal menaklukkan Haru,
sehingga beberapa serdadunya yang tertinggal dan tertawan menjadi rakyat Haru
dan masuk menjadi salah satu merga Peranginangin
dengan sub-merga Peranginangin Jab.
Dalam Sejarah
Majapahit sendiri, nama Haru berulang kali disebut-sebut, hal ini menjadi bukti
akan kebesaran Kerajaan Haru di-zaman itu dan menjadi salah satu negara kuat yang susah
untuk ditaklukkan oleh kerajaan terbesar di nusantara ini(Majapahit), membuat seorang maha patih menjadi resah dan
mengikrarkan sumpah akan menaklukkannya. Kisah ini juga dengan jelas
diceritakan dalam buku “Karo dari Jaman ke Jaman” karya pujangga terkenal India
yang bernama Brahma Putro. Berikut petikan sumpah palapa dari Maha Patih Gajah Mada, Patih Amangkubhumi Majapahit.
Sumpah Palapa adalah suatu
pernyataan/sumpah yang dikemukakan oleh Gajah Mada saat upacara
pengangkatannya menjadi Patih Amangkubhumi Majapahit , tahun 1258 Saka (1336
M). Sumpah Palapa ini ditemukan pada teks Jawa Pertengahan Pararaton yang berbunyi, sebagai
berikut:
Sira Gajah Mada patih Amangkubhumi tan
ayun amuktia palapa, sira Gajah Mada: "Lamun huwus kalah nusantara isun
amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tañjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring
Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa".
Terjemahannya
dalam bahasa Indonesia:
Beliau Gajah Mada Patih
Amangkubumi tidak ingin melepaskan puasa. Ia Gajah Mada, "Jika telah
mengalahkan Nusantara, saya (baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan
Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru,
Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan)
melepaskan puasa".
Terjemahannya dalam
cakap Karo:
Enda me Si Gajah Mada puanglima simbelin si la erngadi-ngadi erpuasa. Ia Gajah Mada, “Ndia enggo ngalahken nusantara, maka kami pengadi puasa. Adina pepagi enggo naklukken Gurun, Seram, Tanjung Pura, Karo, Pahang, Dampo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, bage me siterjadi maka pusa enda i pengadi.”
Enda me Si Gajah Mada puanglima simbelin si la erngadi-ngadi erpuasa. Ia Gajah Mada, “Ndia enggo ngalahken nusantara, maka kami pengadi puasa. Adina pepagi enggo naklukken Gurun, Seram, Tanjung Pura, Karo, Pahang, Dampo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, bage me siterjadi maka pusa enda i pengadi.”
Sekitar tahun 1395 – 1435 Masehi, dimana Tuan Sipinangsori putra dari Jalak
Karo yang berasal dari Aji Nembah(Karolanden/Taneh Karo) sekitar tahun 1428
M menetap di Raja Simbolon dengan
menunggangi horbo(kerbau)
Sinanggalutu. Dan, hal ini juga didukung oleh tradisi Dalimunte yang berkembang di Labuhan Batu, dimana diceritakan saat Si Munte dari Aji Nembah yang menunggangi “Kerbo
Nenggala Lutu” ini membawa segenggam bibit kacang-kacangan yang disebut “dali” dan menanamnya kemudian tumbuh
subur dan berbuah banyak, serta biji-bijian ini sangat disukai, sehingga para
tetangga menawarkan barter dengan menyebut dali
– Munté dengan maksud “kacang mu o,
Muté ” atau “minta kacangmu o, Munté
”. Sehingga dikemudian hari para keturunannya dipanggil dengan Dalimunte.
Sejarah Dinasti Ming menyebutkan
bahwa "Su-lu-tang Husin", penguasa Haru, mengirimkan upeti pada Cina tahun 1411 M. Setahun kemudian
Haru dikunjungi oleh armada Laksamana Cheng Ho.
Pada 1431 M
Cheng Ho kembali mengirimkan hadiah pada raja Haru, namun saat itu Haru tidak
lagi membayar upeti pada Cina. Pada masa ini Haru menjadi saingan Malaka
sebagai kekuatan maritim di Selat Malaka. Konflik kedua kerajaan ini
dideskripsikan baik oleh Tome Pires dalam Suma Oriental (disebutkan bahwa kerajaan Haru
merupakan kerajaan yang kuat Penguasa Terbesar di Sumatera yang memiliki
wilayah kekuasaan yang luas dan memiliki pelabuhan yang ramai dikunjungi oleh
kapal-kapal asing. Dalam laporannya, Tomé Pires
juga mendeskripsikan akan kehebatan armada kapal laut kerajaan Aru yang mampu melakukan pengontrolan
lalu lintas kapal-kapal yang melalui Selat Malaka pada masa itu.) maupun dalam Sejarah Melayu. Dimana sebelumnya di tahun 1282 M Haru
mengirim misi ke Tiongkok.
Dalam ekspedisi maritim Tionghua tahun 1413 M Ying-yai Sheng-lam, disebutkan “A-lu(Aru,
Haru/Karo)” merupakan penghasil kemeyan; dan sumber Tionghua lainnya Hsing-ch’a Sheng Lam menyebutkan “A-lu”
sebagai penghasil beras, kemeyam, bahan-bahan aromatik, kamper, dll.
Dalam Wu Pei Shih(Peta Cina, 1433 M)
disebutkan, ketika armada Cina berlayar dari arah barat saat hendak kembali ke
Cina, mereka melalui kerajaan-kerajaan sebagai berikut: Su Man Ta La(Samudra
Pasai), Chu-Shui Wan(Lhok Seumawe), Pa Lu T’hou(Perlak), Kum Pei
Chiang(Tamiang), Ya Lu(Haru/Karo), Tan Hsu(Pulau Berhala), dan seterusnya.
Januari dan November 1539 M, Haru diserang oleh Sultan
Aceh Al Qadar(Sultan Alaidin Riyad Shah – I) dan kejadian ini dituliskan oleh
Ferdinand Mandez Pinto yang merupakan seorang utusan Portugis saat mengunjungi
Haru(Haru II/Deli Tua) dari Malaka setelah menempuh lima hari perjalanan hingga
sampai di ibu negeri Haru II(Deli Tua).
Tahun 1511 M Haru diserang oleh Malaka namun tidak
berhasi. Kemudian ditahun 1515 M Haru kembali diserang kali ini oleh Aceh dan
Portugis namun juga tidak berhasil. Dan, para peneliti meyakini dimasa iniliah
pusat kerajaan Haru benar-benar berpindah dari Teluk Haru(Langkat) ke Alé(Deli
Tua).
![]() |
"Geriten di Istana Maimoon" sumber photo: tripadvisor.com |
Dalam suratnya kepada Raja
Portugal bertahunkan 1539 M Pero
de Farida mengatakan Aceh telah menyerang Haru sebanyak dua kali, yakni di bulan
Januari dan November 1539 M. Cornelius de Houtman dan Frederich de
Houtman saat tiba di Aceh tertanggal 21 Juni 1599 mengutarakan beberapa kerajaan
besar di Sumatera, diantaranya: Minangkabau, Pedir, Haru, dan Aceh. Di-tahun 1591 M Sultan Johor, Ali Jalal
menumpas pasukan Aceh dan berhasil mengalahkanya di Haru yang dimana tahun 1612
M Aceh kembali menyerang balik, dilanjutkan denga serangan di tahun 1624
M yang menjadi titik runtuhnya kerajaan Haru di kawasan pesisir serta
takluk kepada Aceh. Dengan demikian, kekuatan Haru hanya tinggal di-kawasan
pegunungan Karo saja yang hingga kedatangan Belanda belum bisa ditaklukkan oleh
kerajaan-kerajaan lainnya terkhususnya Aceh. Baru di-tahun 1908 M
kolonial Belanda berhasil mengalahkan kerajaan Haru terakhir(Haru Kuta
Buluh/Kesebayaken Kuta Buluh) dan menjatuhkan hukuman kurungan seumur hidup kepada
Sibayak(raja) Haru Kuta Buluh, Sibayak Batiren(Pa Tolong). Dengan demikian
seluruh wilayah Haru(Karo) telah takluk!
Dari penggalan-penggalan
fakta sejarah diatas, maka kita dapat menarik beberapa kesimpulan, yang mungkin
jika kita berpaling pada tradisi-tradisi yang ada(opini publik yang digiring
baik sengaja atau tidak) akan terasa janggal, diantaranya:
1.
Suku bangsa
Karo telah ada diawal bahkan sebelum memasuki tahun Masehi. Hal ini merujuk
pada tahun-tahun yang diyakini berdirinya kerajaan Haru(Karo), setidaknya
antara priode abat I hingga abad ke-6. Logika-nya, untuk membentuk ataupun
mendirikan sebuah kerajaan besar, tidak-lah mungkin dalam waktu yang singkat,
dengan ilmu pengetahuan yang minim, serta jumlah sumber daya manusia yang
cukup. Dalam tradisi Karo, untuk membentuk satuan administrasi kuta(satuan/kerapatan dari beberapa kesain) saja harus setidaknya memiliki
kelengkapan diantaranya seperti berikut:
Geriten(munumen) Togan Raya-Batu Malar. Tugu peringatan kedatangan manusia pertama suku Karo yang berasal dari daratan India sekitar 200 Tahun Sebelum Masehi. |
-
Terdiri dari
beberapa kesain yang telah berkembang,
sehingga nantinya akan disatukan(dinaikkan setatusnya) menjadi kuta.
-
Memiliki rumah adat yang menjadi tempat tinggal
dan pertemuan. Serta perangkat-perangkat dalam rumah adat ini juga telah
terpenuhi, baik kebendaannya maupun organik(penghuni).
-
Memiliki kesain(beranda desa/alun-alun) sebagai
tempat pertemuan, bermain anak-anak, penjemuran dan penumpukan hasil tani
terkhususnya padi. Dalam sebuah kuta, setidaknya harus memiliki satu kesain dan untuk kuta-kuta yang besar
bahkan lebih dari tiga atau empat kesain.
-
Memiliki jambur sebagai tempat pertemuan, lumbung
pangan, tempat muda/i bercengkramah dan belajar, tempat memasak saat pesta,
tempat lajang tidur dimalam hari, dan tempat pertandang(musafir/tamu) bermalam;
-
Memiliki geriten sebagai tempat mengumpulkan/menyimpan
tulang belulang leluhur yang dianggap sebagai tokoh/teladan di kuta tersebut;
-
Memiliki peken(reba) sebagai tempat anggota kuta
untuk menanam tanaman keras yang diana luasnya ditentukan oleh pertemuan baluren(lembah);
-
Memiliki pendonen sebagai tempat mengubur zenajah
anggota kuta;
-
Memiliki perjuman yang merupakan berbatasan denga
peken yang diperuntukkan bagi warga
umum dan juga tanaman umum;
-
Memiliki kerangen(hutan) sebagai pengimbang alam,
pemasok udara, dan air segar bagi masyarakat desa yang dimana ada larangan
untuk menebang pohon(hanya boleh mengambil ranting sebagai kayu bakar),
disampin kerangen ada juga deleng rimbun raya dimana di hutan
ini-lah baru diperbolehkan menebang kayu untuk memproduksi balok-balok besar
untuk keperluan bangunan maupun untuk dijual;
-
Memiliki barung yang merupakan tempat mengembalakan hewan
jinak, berupa padang rumput yang luas namun terbatas atau bisa dikatakan lokasi
peternakan alam;
-
Memiliki Perjalangen yang merupakan padang rumput
luas dan tak terbatas. Dimana hewan ternak bebas berkeliaran dan tidak
digembalakan;
-
Memilik tapin(MCK umum) yang minimal satu kuta
harus memiliki dua lokasi tapin yang berjauhan, karena adanya adat rebu(tidak saling sapa) dalam adat Karo;
-
Memiliki buah uta-uta sebagai tempat pemujaan atau persembahyangan
bagi penganut ajaran Pemena(agama/kepercayaan
Karo).
Itu-lah syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh
setatus kuta! Itu masih dalam hal perangkat, belum lagi proses pendiriannya
yang tentunya memakan waktu yang panjang. Bagaimana pula jika mendirikan sebuah
kerajaan Urung ataupun Kesebayaken? Hm.. mungkin butuh waktu sekurang-kurangnya
100 tahun, bukan begitu? Jadi, sangatlah masuk akal jika Karo itu sudah ada
diawal-awal atau bahkan sebelum memasuki tahun Masehi, mengingat masa pendirian
dari kerajaan besar Haru(Karo).
2.
Karo, telah
ada saat masa kemunculan Si Raja Batak(abad ke-13). Maka, muncullah pertanyaan!
Mungkinkan Karo juga keturunan dari Si
Raja Batak yang dalam tradisi Batak(Toba) adalah nenek moyang seluruh bangsa
Batak? Dimana notabene-nya Karo lebih tua dari Si Raja Batak! Jadi, dalam hal ini terbukti bahwasanya
Karo bukan-lah keturunan dari Si Raja
Batak, karena Karo lebih tua
dari Si Raja Batak, atau setidaknya hidup kerajaan Aru/Haru(Karo) bersamaan dengan
masa hidup Si Raja Batak, jadi dalam hal ini perlulah kiranya membangun logika berfikir dalam menyingkapi fakta sejarah, jangan lantas kita menerima begitu saja ataupun menjatuhkan vonis kepeda seseorang ataupun kelompok etnis atas dasar opini umum publik semata!
3.
Karo = Haru =
Aru = Alé = A-lu = Ya-lu = Ya lo = Carrow = Karau = Karaw = Haro = Harw = Haraw
= Harladji = Harlanj = Haro-haro = Guru = Gori.
4.
Kerajaan Haru
Karo (Kuta Buluh) adalah kerajaan terakhir, setidaknya di Sumatera bagian
Utara yang ditaklukkan oleh kolonial Belanda. Dan, tidak ada dalam sejarah tentang adanya bangsa dan negeri Batak seperti yang digembar-gemborkan seperti pada saat ini. Dan, tidak ada sejarahnya suku bangsa Karo hidup di negeri Batak ataupun berajakan raja Batak. Yang ada dan berkuasa di Karo: Sibayak-Sultan, Raja Urung, Pengulu, Pengulu Kesain, dll.
5.
Silahkan
simpulkan sendiri.
Beginikah musik dan lagu Batak?
Beginikah musik dan lagu Batak?
Atau kah begini?
Kira-kira yang mana ya musik ataupun lagu Batak, yang dua video bagian atas atau bawah?
sumber: YouTube.
Bersambung...
Hidup Karo!
ReplyDeleteSaya sangat setuju kalau Karo memang bukan batak, karena Karo lebih tua dibandingkan dengan Batak! Jdi, Karo bukan keturunan Batak, akan tetapi bataklah yang keturunan KARO. Mejuah-juah!
Memang Karo bukan Batak dijelaskan lagi di dalam buku berikut:
DeleteORANG TOBA: Asal-usul, Jatidiri, dan Mitos Sianjur Mulamula
http://sopopanisioan.blogspot.co.id/2015/09/buku-telah-terbit.html
Horas... Mejuah-juah! Saya seorang keturunan Batak Toba,lahir di Malaysia Saya berkomentar bukan mendabik dada,dan bukan meluruskan Sejarah yang sudah lama berlalu, Diantara semua rumpun Batak yang ada di Tanah Batak,tidak ada yang lebih TUA. Sesuai perjalanan hidup Manusia di jamannya,sebelum ada Manusia Batak yang mempunyai Marga dan adat Dalihan na Tolu,sudah ada manusia yang menghuni Tanah Batak. MANUSIA JAMAN PURBA..... Manusia inilah yang membentuk/Mamukka HABATAHON,/BERMULA BANGSO BATAK. BATAK: Manusia na Maradat, na Maruhum, na Marhaporseaon, kepada Sang Pencipta seluruh alam dan segala isinya. Sesuai peredaran jaman dan perkembangan hidup Manusia, terbentuklah suku-suku bangsa yang ada di seluruh pelosok NUSANTARA ini. Sebelum ada Manusia luar/pinopparni si BOTTAR MATA, MENGOBRAK ABRIK TAMADUN BANGSA INI. Di dalam permasalahan
DeleteDi dalam permasalahan yan timbul, di antara suku/rumpun Batak, KARO bukan BATAK,/KARO BUKAN KETURUNAN SI RAJA BATAK,memang benar bukan semua orang yang tingal di tanah KARO keturunan ni SI RAJA BATAK, MENURUT SEJARAH NI SI RAJA BATAK, ADA KETURUNAN/PINOPPARNA YANG TINGAL DI TANAH KARO, DAN BERKEMBANG BIAK SAMPAI SEKARANG. Segala sesuatu yang terjadi,dan berlaku di dalam kehidupan BANGSO BATAK, ada permulaannya. Sejarah dan turi-turian Legenda yang terjadi di DOLOK PUSUK BUHIT,semua ada permulaannya. Terjadinya sesuatu SEJARAH dan LEGENDA,MELALUI PERJALANAN HIDUP YG PANJANG. Tidak akan mungkin terjadi, karena pandai menulis dan pandai berbicara. Horas... Mejuah-juah. NB: HABATAHON TIDAK ADA SATU KUASA YANG DAPAT MENGUBAHNYA, APALAGI MENGUBURNYA.
DeleteHoras... Mejuah-juah! Saya seorang keturunan Batak Toba,lahir di Malaysia Saya berkomentar bukan mendabik dada,dan bukan meluruskan Sejarah yang sudah lama berlalu, Diantara semua rumpun Batak yang ada di Tanah Batak,tidak ada yang lebih TUA. Sesuai perjalanan hidup Manusia di jamannya,sebelum ada Manusia Batak yang mempunyai Marga dan adat Dalihan na Tolu,sudah ada manusia yang menghuni Tanah Batak. MANUSIA JAMAN PURBA..... Manusia inilah yang membentuk/Mamukka HABATAHON,/BERMULA BANGSO BATAK. BATAK: Manusia na Maradat, na Maruhum, na Marhaporseaon, kepada Sang Pencipta seluruh alam dan segala isinya. Sesuai peredaran jaman dan perkembangan hidup Manusia, terbentuklah suku-suku bangsa yang ada di seluruh pelosok NUSANTARA ini. Sebelum ada Manusia luar/pinopparni si BOTTAR MATA, MENGOBRAK ABRIK TAMADUN BANGSA INI. Di dalam permasalahan
DeleteMejuah juah. Payo nge kata kalimbubu enda. Orang karo berbeda budaya dan adat .Jadi persepsi orang luar tentang Medan dan Karo harus mulai kita rubah . MULAI dari kata kata horas , dsb . Juga GBKP harus kita hilangkan B batak nya. Karena Batak itu hanya sebutan Belanda utk orang2 selain muslim. Yang ada itu Suku toba , karo, simalungun, dsb.
DeleteMejuah juah. Payo nge kata kalimbubu enda. Karo harus mulai menunjukkan identitasnya dengan otang luar. Krena itulah dia kenyataanny, nenek kami ga pernah mengajarkan ada hubungan dengan raja batak apalah. Harus kita mulai menunjukkan pada orang luar ,mulai dari bahasa sapaan mejuah juah bukan hotass. Dan juga GBKP harus dimulai dirancangkan untuk dihilangkan B bataknya. Krena batak itu sebutan Belanda utk orang non ISLAM jaman dulu. Yg ada suku karo,toba, simalungun ,dsb. Mejuah juah.
DeleteKARO BUKAN BATAK TITIK(..)
ReplyDeleteKaro tidaklah mungkin keturunan dari Si Raja Batak, karena Karo jauh lebih tua,, yang benar Batak adalah keturunan KARO(nenek moyang Batak adalah Karo)Itu baru masuk akal.
Mejuah-juah!
HIDUPPPPPPP KAROOOOOOOOOOOOOOOOO...........!!!!!!!!!!!!
Bujur untuk komentarnya teman2 smua. Mejuah-juah!
ReplyDeleteHIDUP KARO!
ReplyDeleteHIDUP KADE-KADE!
DeleteHehehe..!
Dari tulisan di atas, saya dapat menyimpilkan kalau penulis hendak mengarahkan opini akan Karo ukanlah Batak, dan sejujurnya saya juga sependapat, namun sayang opini pulik yang telah lama berkemang sangatlah susah untuk dirubah. Namun, saya senang karena masih anyak generasi2 muda Karo yang peduli dan giat memperjuangkan akan hal ini dan masih bersih dari kontaminasi batak. Hidup Karo!
ReplyDeleteSekali Karo tetap Karo!
Mejuah-juah!
Terima kasi atas komentar Anda!
DeleteSalam mejuah-juah! KARO BUKAN BATAK!
Mejuah juah silih
DeleteKam asli dari binjai ya?
lit jilena di banndu ka benda'' tah pe situs situs peninggalan sejarah, untuk mendukung tulisenndu yg diatas, gelah lebih jelas ia kade kade
ReplyDeletebujur ras mejuah juah
Sebagian substansi tulisan ini menarik dan menambah wawasan baru, namun tidak sedikit pula yang kurang akurat dan bukti. Dalam buku laporan Ferdinand Mendez Pinto pengelana Portugis itu pada tahun 1539 Masehi tidak disebutkan Aceh berperang dengan Haru, melainkan dengan Raja Batak yang bernama Angisiry Timorraja, nama ini lebih dekat ke Simalungun yang identik dengan Tuan Anggi Sri Timurraja (Tuan Anggi raja dari Timur). Sebagaimana kita ketahui bersama, timur adalah penyebutan lain bagi suku Simalungun.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
DeleteItu kan versi anda, mana mungkin dari simalungun berperang ke aceh. Tetapi mengapa anda menyebutkan Angisiry Timorraja atau Tuan Anggi Sri Timurraja sebagai si raja batak? Apakah maksud anda si raja batak toba atau si raja batak simalungun? Mengapa simalungun mengatakan Angisiry Timorraja sebagai si raja batak? Saya lebih setuju dikatakan dengan sebutan tuanku anggi sritimuraja daripada si raja batak, karna ujung2nya lebih identik ke toba.
DeleteTapi kalau dilihat dari perkembangan sekarang simalungun adalah toba. Karna simalungun mengacu pada si raja batak/toba. Setau saya marga simalungun ada empat tapi lebih berkuasa yg masuk ke marga simalungun. Mereka mengaku cinta simalungun tapi lebih cinta asalnya yaitu toba. Jadi kami ga heran jika simalungun ikut mengakui si raja batak toba.
DeleteDari faktanya, kita lihat banyak photo tua Rumah Adat Karo di wilayah Simalungun sekarang impal Masrul. Ini jadi tanda tanya besar. Ada Rumah Adat Karo dan perkutan Karo. :-)
DeleteMejuah-juah impal Masrul.
DeleteMenurut Kam, kira-kira apa beda penyabutan "Timor rijk" dan "Simaloengoen rijk" di wilayah Simalungun sekarang(dlm literatur dulu).!???
Hehehe... :-)
Mejuah-juah.
Saya punya buku ttg laporan Pinto ini, di dalamnya jelas tertulis Raja Batak bukan Haru. Banyak para sejarawan yg belum membaca langsung laporan ini, akibatnya mereka keliru dalam mentransformasi cerita ini ke tengah khalayak, kekeliruan itu pun terus berkesinambungan. Adapun pihak sejarawan Simalungun menyamakan Raja Batak ini dengan Nagur yang merupakan sebuah kerajaan besar di Sumatera Timur dengan rajanya bermarga Damanik. Kerajaan ini dimulai sejak tahun 500 Masehi dan berakhir abad 16 Masehi.
ReplyDeleteCoba bandingkan dengan kasus Tungkat Penalu(komentar dan penjelasan tidak saya lanjutkan. Sikahkan cari tahu, biar benar-benar kam mengerti). Bagaimana liarnya pendapat dan komentar ahli-ahli Eropa.
DeleteSama halnya dengan photo Rumah Adat Karo dengan anak babi yang berkeliaran.
Orang Eropa bilang itu peternakan/kebun-->juma(Karo). Padahal kalau dalam alam pikir Karo, kalau boar zijn(bertani) atau di juma itu erbarung(Barung), bukan Rumah. Kalau Rumah atau Rumah Adat Karo itu di Kuta. :-)
Demikianlah dalam banyak hal penjelajah Eropa itu kasi label. Mejuah-juah.
Kami hingga saat ini terus menyelidiki apa hubungan Nagur dengan Haru dan Raja Batak yang diserang oleh Aceh itu. Adapun nama Sultan Aceh yg berperang dengan Raja Batak itu bernama Sultan Alauddin Riayat Syah Al-Qahhar. Peperangan ini berlangsung 2 babak, pada babak pertama pihak Batak yang meraih kemenangan dan pada babak kedua pihak Batak terjebak dan mengalami kekalahan.
ReplyDeleteBaik saya rasa demikian saja koreksi dari saya, bagi yang berminat diskusi dengan saya boleh menghubungi saya via facebook. Horas
Mengenai kerajaan Batak Timur = Nagur, ini masih misteri. Dalam beberapa versi Batak Timur atau Batak Timur Raya juga dikaitkan dengan Lingga Timur Raya. Sehingga diyakini identik dengan Aroe/Haru yang identik dengan Karo. Bahkan, sesungguhnya antara Karo dan Simalungun dimasa lamapau juga hampir-hampir terjadi kekeliruan yang diakibatkan oleh antropolog pemula, mungkin hal ini diakibatkan banyaknya kemiripan antara Karo dan Simalungun yang kuat dipengaruhi oleh budaya Hindu(India). Dan, ini terbukti saat pengaturan wilayah Sumatera Timur, dimana Karo-Simalungun disatukan menjadi Afdeeling Simalungun en Karolanden.
ReplyDeleteInformasi Nagur ini-pun saya sangat berharap agar putra Simalungun asli lah yang lebih banyak berperan, sebab seperti gendang(musik) tradisional, kalau dalam istilah Karo.. kalau bukan darah Karo asli tidak akan tahu dan kena endek dan renggetnya, begitu juga dengan sejarah masa lampau Simalungun dan Karo ini dimana pihak-pihak ketiga yang kurang mengerti terkadang hanya menginformasikan fase-fase akhir dari sebuah perjalanan sejarah itu. Seperti halnya yang saudara Masrul kemukakan mengenai Nagur yang merupakan Proto Simalungun abad ke-5 hingga 16 M,,, sehingga jika memang demikian benar dan adanya, maka opini publik tentang konsep Batak satuan etnisitas kekerabatan vertikal(geneologi/darah) yang berasal dari Si Raja Batak yang dalam tradisi Toba-Batak dan dilegitimasi melalui antropolog2 dan sarjana2 kebatakan.... jelas tidak lagi sesuai. Bukan begitu?
Terima kasih atas komentar dan koreksinya saudara Masrul Purba Dasuha.
Mejuah-juah dan salam Habonaron do Bona.
:D
Wah, Menarik juga............
ReplyDeleteSaya sebagai Orang Batak, tidak mempermasalahan kalau Karo adalah Batak atau Batak adalah Karo, atau bahwa batak adalah keturunan karo. Tetapi yang saya tau, bahwa Karo dan Batak mempunyai kekerabatan yang sangat dekat, baik kebiasaan dan bahasa (mirip)
Yang saya tahu, bahwa sejarah orang batak berasal dari Samosir, dan terciptalah marga2, baik marga Batak, Marga(marge) Karo, Kalau menurut saya, pada waktu Gunung Toba meletus orang karo/batak sudah ada jadi sebagian besar musnah dan tercerai berai.
Yang paling hebatnya, Karo/Batak Sudah mempunyai tulisan sendiri, sehingga silsilah atau hal-hal penting lainnya tercatat dengan baik.
Untuk membuktikannya, bahwa batak adalah keturunan karo atau sebaliknya, bagaimana ingin membuktikan "Duluan Telor apa Ayam?".
Bukan untuk mengarahkan opini, saya membaca silsilah orang batak, bahwa orang Karo adalah keturunan orang batak. (maaf, saya bukan ahli sejarah, saya hanya anak IT yg hobby nuls)
www.pakgaol.com
Silsilah dan terombo adalah hal yang baru bagi Batak dan bahkan kerajaan-kerajaan di nusantara. Jadi, kebenarannya tidak sampai 35%
DeleteKemiripan itu wajar karena bertetangga dan selalu berinteraksi, cuma anehnya mengapa perbedaannya lebih dalam dan banyak, baik dari bahasa, sifat, adat, kebiasaan, rumah adat, dlsb. Aneh ya?
SIapa yang menyamakan? Jangan2 kolonial belanda untuk mempermudah dalam hal identifikasi.
Sependapat.
Delete:D
pak gaol yg budiman,opini anda seperti orang yg pasra dgn apa yg ada tertulis / anda baca di buku.buku ialah hasil pemikiran seseorang yg dituang/ ditulis.buktinya apa sudah anda kros cek kebenarannya??
Deletenyatanya silsilah yg dibuat oleh siapapun pengarangnya hanya isapan jempol tanpa ada bukti n fakta otentik .
gunung toba meletus krg lbh 75.000 tahun yg lalu,apa mungkin sudah ada manusia di situ?
tinggi gunung toba berkisar 10000m,apa mungkin manusia bisa hidup diketinggian tsb?
ledakan gunung toba diperkirakan sebesar 300000 bom atom,yg membuat seluruh dunia gelap gulita oleh abu vulkanik selama beberapa bulan.
oleh krn dasyat nya ledakan tsb apa mungkin leluhur yg tinggal disana(jika ada) bisa bertahan???
mana duluan telur apa ayam?
apakah yg diciptakan tuhan?telor atau ayam.saya kira anda tau jawabannya.
nah dari kesimpulan diatas saya kira anda lebih bisa memahami tulisannya.sekian
Labo iangkaina kel e, kade-kade. Asal belas saja nge.
DeleteBas jang kalak e nge atena nggasgasi, lang ajngna pe labo iangkana. :D
mejuah-juah
ReplyDeletekaro bukan batak!....
sekali karo tetap karo..
salam damai...
memang kalak karo lalit ngataken sa batak.................
ReplyDeletehidup karo...
kita berdiri sendiri
mejuah juah
S E T U J U !
DeleteBy: Erik TARIGAN
setuju....
ReplyDeletemejuah-juah
salam damai.
(Y)
DeleteYang Karo 'Mejuah-juah'. Jika, kita 'batak' jangan ragu-ragu silahkan sebut saja 'HORAS'.
Me bage?
mantap maju terus karo aku keturunan campuran tapi aku mesih berdarah karo hidup karo mejuah juah kita krina
ReplyDeleteMejuah-juah, kade-kade.
DeleteISe-lah kita asli(la campuren) adi genduari enda? Kuakap enggo jarang. Cuma, adi Karo kita Karo-lah ninta, ola abu-abu, me bage?
(Y)
Sekali KARO tetap Karo!
ReplyDelete(Y)
DeleteMejuah-juah.
Mejuah-juah. Karo Jaya Terus!
ReplyDeleteFantastic dan sangat menarik mengungkap sejarah masa lampau. Saya sangat tertarik dengan postingan. Saya jg sedang mencari tahu tentang keberadan Batiren Perangin-angin (Pa Tolong Sibayak kutabuluh) karena sangat minim dokumentasi dan publikasinya tdk seperti Pa Mbelgah dan Pa Pelita yang banyak dokumen dan cerita sekitar mereka. Dari postingan diatas baru skarang saya ketahui bahwa Kerajaan Terakhir di Tanah Karo yang belum ditaklukkan Belanda adalah Kesibayaken Kutabuluh dengan Rajanya Batiren Perangin-angin (Pa Tolong). Jika ada teman2 yang berkenan membagi crita atau dokumen literatur seputar Pa Tolong ini mohon sudilah kiranya berkenan share ke kita untuk meluruskan sejarah karo khususnya Sejarah Singkat dan Kehidupan Batiren Perangin-angin (Pa Tolong). Saya asli Perangin-angin Sukatendel asal Kuta Buluh Simole tapi la keturunan Sibayak Kuta Buluh. Salam sitandan. Mejuah-juah kita kerina.
ReplyDeleteKarena mirip, maka Aru menjadi Haru, maka dianggap lah itu Karo.
ReplyDeleteBiar keren dan jadi bangsa tertua.
Diawal tulisan kerajaan Aru/ Haru sudah ada sejak abad I Masehi. Disebutkan Tahun 1624 baru kerajaan Haru runtuh. Mohon maaf, satu kerajaan di dunia ini tak pernah bertahan sampai 15 abad.
Kalau orang Karo sudah ada sejak abad I Masehi, knapa jumlahnya sedikit? Logika dong. Mestinya Karo yg menguasai Indonesia ini, bukan Jawa.
Siapa bilang Karo sedikit, broo?
DeleteLihat keturunan Karo di Deli Sedang, Asahan, Sedang Bedagai, Medan, Binjai, Langkat, Simalungun, Dairi, bahkan hingga Aceh.
Dan, bandingkan juga dengan bangsa Inca, Maya, dll di Amerika. Tidak selamanya suku tua menjadi populasi dominan. Banyak alasan membuat suku tua tidak dominan, misalkan migrasi besar-besaran, baik akibat peperangan, wabah penyakit, bencana alam... dan bisa juga genoside.
Coba kam tanytakan sama kenjurun Senembah, Urung Serbanaman(Sunggal), Hamparan Perak, Sipitu Kuta, dll di pesisir timur Sumatera apa merga mereka? Hehehehe... Itu contoh-contoh orang Karo, broo. Jadi, Karo ini ceritanya saja sedikit, cuma kalau ditelisik jangan-jangan lebih banyak dibanding Toba. Hahahaha...
DeleteDia kepala dia juga ekor. Jering
DeletePOPULASI MASYARAKAT TOBA LEBIH BANYAK DARI KARO, BERARTI LEBIH TUA TOBA,,,
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteTerima kasih atas postingan nya... jadi lebih tau tentang sejarah kerajaan karo... mejuah juah kita kerina...
ReplyDeleteAku bangga Jadi Orang Karo. Bujur ras mejuah juah kita kerina
ReplyDeleteKerajaan Karo pernah berjaya sekian lama.... hidupkan kembali kejayaan itu... Bagi kdkd yang mengerti kebudayaan karo tolong dishare budaya unggul apa yang pernah dimiliki kerajaan Karo yang masih relevan diterapkan sekarang dan masa yad.
ReplyDeleteMemang Karo bukan Batak dijelaskan lagi di dalam buku berikut:
ReplyDeleteORANG TOBA: Asal-usul, Jatidiri, dan Mitos Sianjur Mulamula
http://sopopanisioan.blogspot.co.id/2015/09/buku-telah-terbit.html
Tidak ada siapa,Memaksa siapa,Menjadi orang Batak,Kalau memang benar, Karo bukan BATAK, Anda harus dapat membuktikan,SEJARAH KARO yang sebenarnya. Karena apa, KARO DI KATAKAN BATAK, dan karena apa KARO bukan BATAK. Karena apa orang MELAYU DELI bukan KARO, orang KARO mengatakan orang deli tua keturunan orang KARO. Semua ada permulaanya, Sejarah dan LEGENDANYA. HABATAHON dan ORANG BATAK,tetap ada SEJARAHNYA,dan LEGENDANYA. Horas...
DeleteTidak ada siapa,Memaksa siapa,Menjadi orang Batak,Kalau memang benar, Karo bukan BATAK, Anda harus dapat membuktikan,SEJARAH KARO yang sebenarnya. Karena apa, KARO DI KATAKAN BATAK, dan karena apa KARO bukan BATAK. Karena apa orang MELAYU DELI bukan KARO, orang KARO mengatakan orang deli tua keturunan orang KARO. Semua ada permulaanya, Sejarah dan LEGENDANYA. HABATAHON dan ORANG BATAK,tetap ada SEJARAHNYA,dan LEGENDANYA. Horas...
Deleteperkenalken bang, aku marga ginting. aku gedang2 bas jakarta, sentabi kel adi cakap karoku erpasir. kai hubungena adi karo ras simalungun. sebab adi kuidah mirip bang.
ReplyDeleteKita Manusia sekarang,hanya peyambung generasi yang dulu,yang tidak dapat melihat apayang terjadi di masa yang sudah lama berlalu,bagai mana seorang Manusia bisa memastikan,apa dia tidak mengetahui/tidak melihat kejadian di masa yang lalu. Yang pasti tidak ada siapa,memaksa siapa menjadi ORANG BATAK,di antara suku yang serumpun dengan BATAK. Ini adalah satu pejalanan hidup manusia yang serumpun dengan BATAK. Kalau memang benar,KARO BUKAN BATAK,COBA CERITAKAN SIAPA KARO SEBELUM ADANYA KERAJAAN ISTANA DI NUSANTARA INI. Karena sebelum ada BATAK TOBA,SUDAH ADA HABATAHON.
ReplyDeleteKita Manusia sekarang,hanya peyambung generasi yang dulu,yang tidak dapat melihat apayang terjadi di masa yang sudah lama berlalu,bagai mana seorang Manusia bisa memastikan,apa dia tidak mengetahui/tidak melihat kejadian di masa yang lalu. Yang pasti tidak ada siapa,memaksa siapa menjadi ORANG BATAK,di antara suku yang serumpun dengan BATAK. Ini adalah satu pejalanan hidup manusia yang serumpun dengan BATAK. Kalau memang benar,KARO BUKAN BATAK,COBA CERITAKAN SIAPA KARO SEBELUM ADANYA KERAJAAN ISTANA DI NUSANTARA INI. Karena sebelum ada BATAK TOBA,SUDAH ADA HABATAHON.
ReplyDeletekai krinaaa eee?
ReplyDeleteajang ta krinaaaa eee
DeleteSaya tidak punya kapasitas untuk menilai apakah Karo bukan Batak,tapi sebagai orang Batak Toba yg lahir di Karo,saya cuma melihat banyak persamaan Adat dan Bahasa, apakah karena daerahnya berdekatan sayapun tidak tahu. KALAU memang Karo bukan Batak,s ebaiknya saudara Kami orang Karo harus sepakat dulu..membuat penelitian, seminar dan setelah dicapai kata sepakat, maka kesepakatan itu diumumkan ke khalayak ramai. Dengan demikian tidak ada lagi ketahuan dan jauh dari kesan "opportunis" atau orang Batak bilang"DIPARALANGALANGAN". Slang pendapat di Medsos ini tanpa ada kesimpulan, memicu perpecahan dan ada kesan supaya berbeda saja. Saya kira Kami orang2 yg menyebut dirinya BATAK tidak akan keberatan kalau suku Karo akhirnya menyatakan dirinya BUKAN BATAK, tap akhirnya lega yg mana sebenarnya BATAK dan BUKAN BATAK, tapi yg jelas kita adalah Bangsa INDONESIA. HORAS..,MEJUAH JUAH,
ReplyDeleteKoreksi :tidak ada lagi KERAGUAN, maksud saya
ReplyDeleteMejuah juah ...aku kalak karo .Margaret karo karo Purba karo karo ..ada sejarah nggak mengenai Marga Purba karo karo saya sangat ingin mempelajarinya . Saya dari Purba Rumah Kabanjahe kesain Rumah Derpih .mohon penjelasannya Teman Teman. BUJUR Mejuah juah .
ReplyDeletemudah-mudahan bisa menjawab beberapa pertanyaan:
ReplyDeletehttp://edwardsimanungkalit.blogspot.co.id/2016/01/runtuhnya-mitos-si-raja-batak-5-raja.html ini bukti ilmiahnya dengan tes DNA.
http://edwardsimanungkalit.blogspot.co.id/2016/03/karo-dan-nias-bukan-keturunan-si-raja.html
Bukan memusingkan silsilah, namun asal-usul rasanya perlu kita ketahui. Kita tentu tidak ingin mengabaikan sejarah yang benar. Bukan dongeng KOSONG...yang tidak dapat dibuktikan.
Mejuah-juah
Bangso Batak Nauli: Sesuai dengan perjalanan hidup Manusia sejagat,tidak ada satu apapun yang bisa kita ubah. Segala yang terjadi di masa yang sudah berlalu, itulah menjadi Sejarah manusia di Jaman sekarang. Saya bukan menggugat pendapat saudara2 sekalian, untuk membuktikan siapa Batak, dan siapa tidak Batak. Kita dapat mengetahui, yang dikatakan Batak,yang memakai Marga Batak, dan memakai Adat Dalihan Natolu. Saya sendiri tidak dapat memastikan, saya keturunan Si RAJA Batak. Saya lahir di Malaysia, genarasi yang ke 17 dari Op Raja Isumbaon, keturunan Datu Pejel Nai Rasaon Manurung. Membentuk satu Bangsa yang BERTAMADUN DAN MEMPUNYAI PERADAPAN HIDUP MANUSIA. Tidak akan bisa terjadi,karena kepandayan se seorang berbicara/berkoar-koar. Saya dapat mengetahui, HABATAHON MULANI BANGSO BATAK, HAKAROON MULANI BANSO KARO,HAPAKPAHON MULANI BANGSO PAKPAK,HASIMALUNGUNON MULANI BANGSO SIMALUNGUN Kalau sudah tidak mau menjadi Batak, tidak ada siapa yang bisa menghalang. Menjadi satu LEGENDA BANGSO BATAK,Malaikatpun turun dari Langit,di Tano Batak akan menjadi Bangso Batak Nauli. Horas... Mejuah-juah. Kita jadikan satu renungan supaya tidak menjadi dongeng KOSONG.
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeletemejuah-juah,sentabi..sebelum berkomentar jauh kita harus cari tau dulu apa sbenarnya arti kata "Batak" ? apakah hadirnya manusia di samosir/pusuk buhit langsung dikatakan "batak"? tulisan pertama yang mengatakan karo merupakan keturunan Si Raja Batak adalah karya W Hutagalung 1926, tarombo dohot turiturian bangsa batak. tapi tidak dijelaskan siapa sebenarnya Si Raja Batak, apakah satu orang, dua orang dst atau begitu muncul langsung diberi gelar si Raja Batak.dalam buku M.O.P "Tuanku Rao" dan Batara Sangti "sejarah Batak" dikatakan si raja batak muncul pada abab ke 13-14 M. menurut saya kemunculan nama Si Raja Batak adalah politik yang dilakukan oleh kolonial untuk mempetakan daerah kekuasaannya, dan batak muncul untuk membedakan munslim dan non muslim. mohon koreksinya. bujur ras mejuah-juah kita kerina.
ReplyDeleteSepertinya Pemerintah Indonesia juga sudah mengakui Karo bukan Batak. Berdasarkan Sensus Penduduk online 2020. Suku Karo berdiri sendiri bukan tertulis Batak Karo tetapi Karo.
ReplyDeleteBujur ras Mejuah-juah kita kerina.
Sebelum sampai ke Siraja Batak, bukankah leluhur siraja Batak juga di sebut Batak? Jauh sebelum si Raja Batak, batak itu sendiri sdah ada, yaitu adanya dinasti batak tua/kuno di daerah barus. Apakah komunitas batak itu hanya melahirkan seorang anak yg di sebut dg Siraja Batak/putera mahkota di kerajaan, bagimana dg komunitas bersaudara yg tidak menjadi putera mahkota di kerjaan, apakah mereka otomatis tidak menjadi batak/kelompok batak???
ReplyDelete