Mejuah-juah.   Rudang Rakyat Sirulo Comunity    Mejuah-juah.
    <--> MEJUAH-JUAH <-->

    Sunday, June 3, 2012

    SIMALUNGUN


    Sejarah Singkat Asal Usul Bangsa Simalungun

    Simalungun adalah salah satu suku asli yang mendiami Sumatera Utara, tepatnya di timur Danau Toba(Kab. Sialungun). Orang Karo menyebut mereka dengan sebutan Timur, karena letak mereka yang disebelah timur Taneh Karo. Di dalam cakap(bahasa) Karo, “Simelungen” sendiri bermakna “si sepi, si sunyi, yang dimana terdiri dari dua suku kata, yakni “si = si, yang; dan [me-]lungun = sepi, sunyi”, jadi Simalungen mengandung artian: “wilayah(daerah) yang sepi”. Hal ini dikarenakan dulunya daerah Simalungun ini masyarakatnya hidup berjauhan sehingga tampak sepi. Sedangkan, orang Batak menyebutnya dengan “Si Balungu”, ini berkaitan dengan legenda hantu yang menimbulkan wabah penyakit di wilayah itu.

    Dalam tradisi asal-usulnya, suku bangsa Simalungun diyakini berasal dari wilayah India Selatan dan India Timur yang masuk ke nusantara sekitar abad ke-5 Masehi serta menetap di timur Danau Toba(Kab. Simalungun sekarang), dan melahirkan marga Damanik yang merupakan marga asli Simalungen(cikal bakal Simalungun Tua). Dikemudian hari datang marga-marga dari sekitar Simalungun seperti: Saragih, Sinaga, dan Purba yang menyatu dengan Damanik menjadi empat marga besar di Simalungun.

    Secara ringkas, sejarah asal-usul suku bangsa Simalungun ini dapat dibagi menjadi dua gelombang, yakni:


       Gelombang Pertama(Simalungun Proto)

    Simalungun Proto( Simalungun Tua) diperkirakan datang dari Nagore di India Selatan dan Assam dari India Timur, yang dimana diyakini mereka bermigrasi dari India ke Myanmar selanjutnya ke Siam(Thailand) dan ke Malaka hingga akhirnya ke Sumatera Timur mendirikan kerajaan Nagur(kerajaan Simalungun kuno) dinasti Damanik(marga asli Simalungun). Dalam kisah perjalanan panjang mengemban misi penaklukan wilayah-wilayah sekitarnya, dikatakan mereka dipinpin oleh empat raja besar Siam dan India yang bergerak dari Sumatera Timur menuju  Langkat dan Aceh, namun pada akhirnya mereka terdesak oleh suku asli setempat(Aru/Haru/Karo) hingga ke daerah pinggiran Danau Toba dan Samosir.


       Gelombang Kedua(Simalungun Deutero)

    Pada gelombang kedua ini, atau dengan masuknya marga Saragih, Sinaga , dan Purba, dikatakan Simalungun asli mengalami invasi dari suku sekitar yang memiliki pertalian dengan Simalungun Tua. Jika ditelisik dari tiga marga yang masuk itu, maka berdasarkan aspek ruang dan waktu dapat kita indikasikan mereka datang dari Utara Danau Toba( Karo: Tarigan Purba dan Ginting Seragih yang kemudian juga menjadi Saragih Munthe) dan dari Barat Danau Toba(Pakpak/Dairi: Sinaga). Hal ini juga sangat berkaitan jika kita meninjau apa yang ada di tradisi merga di utara Danau Toba seperti Ginting(Pustaka Ginting) dan Tarigan(Legenda Danau Toba dan Si Raja Umang Tarigan) yang dimana dalam tradisi dua merga ini menceritakan adanya migrasi dari cabang(sub-)merga mereka ke wilayah Timur(Simalungun) dan sekitar Danau Toba.

    Dalam Pustaha Parpandanan Na Bolag (kitab Simalungun kuno) dikisahkan Parpandanan Na Bolag(cikal bakal daerah Simalungun) merupakan kerajaan tertua di Sumatera Timur yang wilayahnya bermula dari Jayu (pesisir Selat Malaka) hingga ke Toba. Sebagian sumber lain menyebutkan bahwa wilayahnya meliputi Gayo dan Alas di Aceh hingga perbatasan sungai Rokan di Riau. Namun, kini populasi Simalungun sudah mengalami kemunduran akibat beralih identitas menjadi Melayu(masuk Islam sama halnya dengan Karo) dan terdesak akibat derasnya arus migrasi suku-suku disekitar Simalungun(khususnya Toba dan Karo) yang membuat suku bangsa Simalungun itu kini hanya menjadi mayoritas di wilayah Simalungun atas saja.



    Comments
    31 Comments

    31 comments:

    1. masih membinggungkan............

      mana lebih dulu kerajaan haru atau kerajaan nagor???????

      ReplyDelete
      Replies
      1. Memang antara Nagur dan Haru mana lebih dahulu masih butuh pengkajian lebih dalam. Namun, setidaknya kedua kerajaan ini hidup bersamaan setidaknya sekitar abad ke-5 sudah ada.

        Delete
    2. benar juga ya.

      tapi penelitian tentang kerajaan haru aku rasa banyak yang berbau mistis.

      share lagi ya info2 yang kamu punya ke email ku

      thanks be4

      ReplyDelete
    3. Ya, untuk melakukan pengkajian dan pembuktian sebuah fakta sejarah yang hampir punah dan terkadang sengaja dipunahkan memang sangat sulit, sehingga tidak jarang antara mistis, tradisi, fakta, dan logika harus dipadukan.

      Thx juga! Mejuah-juah!

      ReplyDelete
    4. KALAU DARI TULISAN DIATAS, BERARTI SIMALUNGUN USIANYA HAMPIR SAMA DENGAN KARO. BERARTI SIMALUNGUN BUKAN KETURUNAN DARI SIRAJA BATAK? KARENA SIMALUNGUN JUGA LEBIH DULU ADA SEBELUM KEMUNCULAN SIRAJA BATAK!

      ReplyDelete
    5. Sangat masuk akal juga. Pantesan antara Karo dan Simalungun budayanya sangat mirip.

      ReplyDelete
    6. SIMALUNGUN..???
      BERARTI SIMALUNGUN BUKAN BATAK.?

      ReplyDelete
    7. Simalungun Batak atau tidak, itu bukan kapasitas kita menyatakannya walau beberapa fakta memang merujuk begitu. Ya, kita kembalikan saja kepada saudara/i kita di SIMALUNGUN bagaimana mereka bersikap dan kita harus menghormati apapun yang mereka nyatakan.
      Mejuah-juah!

      ReplyDelete
      Replies
      1. Mg lw d lht wktux, simalungun bkn batak, tpi lw dri bhsa lbh mirip batap walau logatx kyk karo.

        Delete
      2. Ya, stju x. Mmg bhsx kyk batak tp logat n sifat kyk karo.

        Delete
    8. Abg ini berhati-hati x, sprti ktkukn! knpa hrz tkt lw mg gt fktana?

      ReplyDelete
      Replies
      1. bkn tkt, pal.
        Cuma biar itu menjadi urusan mereka. Hehehe...

        Delete
    9. Raja Asean Sumbayak.....

      Salam kenal, handian/ham...
      Saya putra simalungun dari daerah sindar raya. Bila orang mengerti sejarah, pasti pernyataan bahwa KARO dan SIMALUNGUN bukan bagian dari batak ataupun keturunan siraja batak. Simalungun dan karo memiliki banyak persamaan baik dari sejarah asal-usul nenek moyang, tarian, dialek, bahasa, tulisan kuno (surat sapuluh siah), sistem tatanan sosial (kerajaan, pertuanan, atau urung. Sehingga, wajar saja, bila ditanah perantauan dahulu bila kedua suku bangsa ini bertemu secara otomatis terjalin hubungan yang akrab. Meskipun akhir-akhir ini sudah tidak demikian. Orang simalungun dan karo kalau merantau berani sendiri-sendiri (individual) karena sifatnya yang gampang berbaur dengan masyarakat sekitar.
      Pada zaman dahulu, MELAYU DELI, KARO dan SIMALUNGUN memiliki persamaan yang cukup kental. Meskipun arus pengaruh dari tanah batak juga tak kalah kerasnya mempengaruhi sendi-sendi kebudayan simalungun hingga akhirnya sekarang telah berubah sangat jauh, bahkan hampir punah...... SANGAT MENYEDIHKAN.....!!!! Simalungun sekarang tidak seperti orang karo yang tetap teguh pada tradisinya tanpa memaksakan budaya pada orang lain. Bukan maksud saya menjelek-jelekkan SIMALUNGUN tercinta, tapi inilah kenyataan. Dan wajar saja, generasi jaman sekarang mengatakan bahwa SIMALUNGUN yang sudah berubah menjadi condong ke batak dikatakan mirip dengan batak. Hanya sebatas itu saja mungkin pengetahuan beliau, gak apa-apa lah.... Bahasa SIMALUNGUN itu sendiri bahkan lebih tua dari seluruh bahasa suku bangsa yang ada di sumatera utara ini. Ada juga peneliti yang mengatakan bahwa bahasa simalungun sekitar 80% mirip dengan bahasa karo atau melayu dan hanya sekitar 50% mirip dengan bahasa batak. Bila tidak percaya, anda coba berkomunikasi dengan daerah2 yang penduduk asli simalungun yang masih ada di 2 kecamatan di kabupaten simalungun. salah satunya mungkin "NAGORI DOLOG", bahasanya masih sangat santun dan mendayu-dayu.
      Yang jelas, SIMALUNGUN dan KARO mungkin ibarat abang-adik jika dirunut dari sejarah jaman dahulu, namun siapa yang paling tua (abang) tidaklah masalah yang penting saling menghargai dan menghormati, bukan saling menguasai bahkan ingin memusnahkan yang lain.

      MEJUAH-JUAH KITA KERINA
      Salam HABONARON DO BONA

      ReplyDelete
      Replies
      1. Memang saya juga berfikir demikian. Kita lihat saja saat penataan wilayah yang dilakukan Belanda, mengapa Taneh Karo(Karolanden) dan Simalungen dijadikan satu Afdeeling? Ya, karena Belanda juga sadar kalau memang Simalungun dan Karo itu sangat mirip dan yang mimeisahkan Simalungen dan Karo hanyalah beberapa dari kosa katanya.

        Delete
      2. Memang dulu saya perhatikan kalau Karo dan Simalungung ini seperti saudara dan tidak mempermasalahkan mana yang lebih tua. Beda dengan Karo dan Toba yang dimana orang Toba selalu memaksakan mereka sebagai yang tertua dan bahkan hendak memaksakan kalau mereka(TOba) sebagai sumber(asal) dari dari bangsa Karo. Jadi tampak keegoisannya ya.? Aneh!

        Delete
      3. Memang aku juga memandang orang SIMALUNGUN begitu. Sudah hilang dan bahkan tidak bisa lagi dibedakan dengan TOBA.

        MEJUAH-JUAH
        Salam HABONARON DO BONA

        BY: JOHN ANDERSON

        Delete
      4. Ya.. Ibu saya orang Namorambe, dimana Karo dan Simalungun hidup berdampingan dan bahkan seperti bersaudara kandung. Dan, kita lihat juga di daerah perbauran Karo-Simalungun seperti Pematang Siantar, Tebing Tinggi, Deli-Serdang, Langkat, dll Karo dan Simalungun ini seperti bersaudara tanpa pernah mempermasalahkan siapa yang tertua. Dan, kalau menurut saya itulah yang namanya persahabatan, persaudaraan, dan solidaritas. Tapi, sekarang Karo dan Simalungun tak semesra dulu dan dibeberapa daerah tterlihat seperti tak saling mengenal. Kita rindu ROMANTISME KARO - SIMALUNGUN.

        Delete
      5. Mejuah juah
        Salam dari saya,Juli Edi Nisura Brema Pelawi,saya adalah seorang asli Karo,tepat 4 generasi perempuan diatas saya orang tuanya adalah seorang raja yang mendiami salah satu daerah di tanah Karo,yaitu raja urung lima senina yang bertempat di desa Batukarang dan dahulu berada dibawah sibayak Lingga
        Cukup bergetar hati ini dan hampir berlinang air mata ketika saudara saudara sekalian menyebutkan bahwa Karo dan Simalungun adalah bersaudara saya,kami masih mewariskan berbagai tradisi yang ada dalam keluarga kerajaan meskipun kami adalah garis keturunan perempuan sehingga membuat saya masih mampu menggunakan bahasa Karo yang lawas.Saya adalah seorang Karo yang asli dan tinggal dalam lingkungan dimana tidak ditemukan penutur bahasa Simalungun dalam kehidupan sehari-hari,namun karena saya mampu menggunakan bahasa Karo yang lawas saya mampu mengerti seseorang yang berbahasa Simalungun apabila dilantunkan agak lambat,saya juga telah berhasil menemukan pola dari perbedaan bahasa Simalungun dan karo yang dapat ditangani.Sejak SMA saya sudah mulai mempelajari budaya Simalungun dan ternyata ada banyak kesamaan didalamnya.Saya benar benar merindukan kondisi dimana dahulu etnis karo dan simalungun memiliki hubungan yang baik,saya menemukan sedikit informasi bahwa kerajaan Nagur hancur oleh akibat serangan dari Aceh dalam hal ini kami mohonkan bagi saudara yang mengetahui fakta tentang hal ini mohon berikan klarifikasinya agar dapat mengobati rasa penasaran saya.
        Terimakasih.

        Delete
    10. tidak bukti yg kuat tuk mengurutkan posisi ketiga subsuku tersebut,
      yang pasti tidak sama, toba ya toba, karo ya karo, simalungun ya simalungun,
      kalau adapun dijumpai persamaan bahasanya,
      intinya mari kita mempertahankan karakter dan cirikhas diri kita masing2

      ReplyDelete
      Replies
      1. Benar.. jika kita mengurut kejadian dan ditinjau dari aspek ruang dan waktu, maka Simalungun dan Karo hampir2 sama kemunculannya, dan dibelakangan hari setelah Simalungun dan Karo barulah muncul Si Raja Batak atau dengan demikian kalau orang Toba bernenek-moyangkan Si Raja Batak berarti Toba-lah yang belakangan lahir.

        Delete
      2. Toba-lah yang belakangan lahir, so..?? saya harus bilang wuaaoo gitu..?? cuihhh... dasar feodal. Saya silalahi keturunan si raja batak tidak pernah mendengar atau diajarkan soal kerajaan2/kasta2 seperti orang simalungun karo dengan nagur haru brahmana.
        Dalihan natolu /Tutur natelu nya karo simalungan jangan - jangan dari INDIA kali ya??

        Delete
      3. Kalau dari India, saya tidak yakin. Tetapi, ada yang berpendapat kalau dalam masalah itu ada ikut campur pemerintah kolonial. Sebab, saya juga pernah mendengar kalau Sistem itu juga ada di daratan Eropa, tepatnya dimana saya lupa.

        Delete
      4. RAKUT SITELU(TIGA IKATAN/SERANGKAI) dalam Karo merupakan 3 ikatan kundulen yang saling mengisi dan mengikat masyarakat Karo itu. Yakni: Kalimbubu, Sukut(sembuyak-senina), dan Anak beru. Orang Batak(Toba-Batak) dikatakan serumpun dengan Toraja dan Batak Pahwalan(di Filiphina), namun anehnya mengapa di Toraja dan di Batak Pahlawan yang di Filiphina tidak pernah dikenal sistem Dalihan NaTolu, bahkan sistem yang mirip atau serupa dengan Dalihan Na Tolu itu? Aneh kan? Atau, jangan2 ...... Hahahaha... :p

        Delete
      5. kalo bkn toba yg belakangan lahir, berarti benar donk lw si raja batak itu hanya mitos? sebab, lw si raja batak bukan mitos ya... harus lah org toba jadi yang termuda dibanding karo, simalungun, mandailing, ato pak-pak.

        by: john a.

        Delete
      6. HAHAHAHAHA...
        MASOK AKAL JUGAK! DUA PILIHAN: KALAW TERTUA BERATI SI RAJA BATAK MITOS, LOW SI Raja BATAK BENAR2 ADA BRARTI TOBA YG TERMUDA(SIAPUDAN).

        BUNG SILALAHI... ANDA BILANG K, S, n M FEODAL? BRARTI BENAR SI RAJA BATAK LARI/KELUAR DARI K, S, ato D KARENA TIDAK SUKA DENGAN SISTEM FEODALISME? BERARTI BENAR DONG DUGAAN KALO SI RAJA BATA ITU ORANG KARO, ato SIMALUNGUN, ato MANDAILING? MEJUAH-JUAH, HORAS, YAHOBU.!

        Delete
      7. ha-ha-ha-ha-ha...

        Delete
    11. VARIASI GENETIK SUKU BATAK YANG TINGGAL DI KOTA DENPASAR DAN KABUPATEN BADUNG BERDASARKAN TIGA LOKUS MIKROSATELIT DNA AUTOSOM

      INTISARI: Penelitian tentang variasi genetik menggunakan tiga lokus mikrosatelit DNA D2S1338, D13S317 dan D16S539 dilakukan untuk memperoleh ragam alel pada 76 sampel suku Batak yang tidak berhubungan keluarga yang tinggal di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung. Sampel DNA diektraksi dari darah menggunakan metode fenol-khloroform dan presipitasi etanol. Amplifikasi DNA dilakukan dengan menggunakan metode PCR (SuperMix, Invitrogen). Ditemukan sebanyak 14 alel pada lokus D2S1338, 10 alel pada lokus D13S317 dan 8 alel pada lokus D16S539. Ketiga lokus menunjukkan keragaman genetik yang tinggi baik pada masing-masing lokus maupun pada pada masing-masing sub-suku Batak dengan keragaman genetik sebesar 0,8637 pada sub-suku Batak Toba, 0,7314 pada sub-suku Batak Karo dan 0,7692 pada sub-suku Batak Simalungun.

      Kata kunci: DNA mikrosatelit, Suku Batak, keragaman genetik, frekuensi alel, heterozigositas
      Penulis: YOSSY CAROLINA UNADI, INNA NARAYANI, I KETUT JUNITHA

      Sumber:
      http://www.e-jurnal.com/2013/10/variasi-genetik-suku-batak-yang-tinggal.html

      ReplyDelete

    Mejuah-juah!