Mejuah-juah.   Rudang Rakyat Sirulo Comunity    Mejuah-juah.
    <--> MEJUAH-JUAH <-->

    Saturday, January 26, 2013

    Benarkah Karo itu Batak?

                Benarkah Karo itu Batak? Mungkin pertanyaan ini sering muncul dan akan semakin sering ditengah gencarnya polemik Karo bukan Batak atau sering disingkat KKB, baik di dunia nyata terkhususnya di media-media online(dunia maya). Karo Bukan Batak ataupun Batak Karo, masing-masing konsep ini memiliki kelompok pendukung yang cukup besar, walaupun kita akui bahwa kelompok pendukung konsep Batak Karo(Karo adalah Batak?) lebih banyak diisi oleh orang-orang yang bukan Karo, pihak ketiga yang tidak mengenal Karo secara pasti, ataupun juga orang asli berdarah Karo namun tidak lagi memahami apa Karo itu sesungguhnya. Bahkan dalam realita dan praktek dilapangan(mendekatkan diri dengan kantong-kantong domisili Karo), maka praktis Batak Karo jarang ditemukan(langka). Bahkan sejak dulu hingga sekarang(2013) belum-lah ada seorangpun yang benar-benar mengerti Karo menyatakan Karo adalah Batak atupun, mengaku Batak Karo. Dan, jika pun dicari, maka niscaya ada seorang ahli budaya dan sejarah Karo(baik berdarah Karo maupun asing), tokoh adat Karo, pejabat dari suku Karo, dan orang Karo yang berpendidikan tinggi yang mengakui Karo adalah Batak(Keturunan Si Raja Batak), namun praktis semua akan cepat membantah konsep yang demikian. Jika Anda kuang yakin, bisa Anda cari sendiri dari beberapa tokoh-tokoh penting Karo apakah mereka Karo atau Batak Karo, maka pastilah anda akan menemui jawabab Karo(Bukan Batak Karo).  Akan tetapi, itulah bunga-bunga di alam demokrasi ini, semua bisa berpendapat dan mengapresiasikan hasil pemikirinnya walau terkadang terkesan pragmatis dan dipaksakan.
      
                Kembali kepada pertanyaan diatas, yakni benarkah Karo itu Batak? Jika pertanyaan itu ditanyakan kepada saya, maka saya akan memiliki dua versi jawabat, yaitu “BENAR” dan “SALAH(TIDAK!).” Mengapa demikian? Berikut akan saya utarakan aslasan saya.
               
    BENAR! Benar dikatakan Karo itu Batak, jika Batak yang dimaksudkan itu adalah satuan etnisitas yang terbentuk dari kekerabatan horizontal. Maksudnya kekerabatan horizontal disini, adalah kekerabatan yang terbentuk melalui asas solidaritas, teritorial, dan geografis, bukan geneologi(keturunan)! Hal ini sangat dimungkinkan karena wilayah-wilayah domisili dari suku-suku yang dikatakan Batak itu berdekatan. Jadi, dalam hal ini posisi dari suku-suku yang dikatakan Batak itu, adalah setara, sehingga dikatakan kekerabatan horizontal(mendatar) bukan bapak dengan anak, ataupun kakak dengan adik! Dan, perlu juga diingat, kata "Batak" ini dalam definisi klasik tidak pernah merujuk kepada sebuah etnis(bahkan tidak ditemukan), dan kata Batak datang dikemudian hari sebagai generalisasi terhadap suku-suku yang ada di Sumatera Utara yang pada umumnya dilebelkan kepada kelompok yang belum menganut kepercayaan modern(Bukan Islam, bukan Kristen; Bukan Melayu, bukan Aceh).

    SALAH! Salah ataupun, tidak benar Karo itu Batak , jika konsep Batak yang ditawarkan, adalah satuan etnisitas yang terbentuk dari kekerabatan asas vertikal. Kekerabatan vertikal maksudnya, adalah etnis-etnis yang diturunkan secara geneologi(darah/keturunan) dari satu nenek moyang yang sama. Mengapa saya tidak setuju dengan konsep Batak yang demikian? Konsep Batak yang populer dan dipopulerkan sekarang ini, adalah Batak yang diturunkan dari satu nenek moyang, yakni Si Raja Batak(Tradisi Toba: nenek moyang semua bangsa Batak?) yang dimana dalam tradisi Toba dan kepercayaan para sarjana-sarjana kebatakan, bahwa Si Raja Batak hidup diawal abad ke-13 Masehi yang bersamaan juga dimasa hidupnya kerajaan Aroe(Haru: Karo – Melayu), Nagore(Dynasti Damanik: Simalungun), Padang Lawas dan Pane(Mandailing), Pagaruyung(Minang), dan Sriwijaya(Palembang), sehingga, jika ditinjau dari aspek ruang dan waktu, maka dapat kita pastikan kalau Si Raja Batak yang berada di Pusuk Buhit(Samosir) kala itu merupakan rakyat, aktivis, atau bahkan penentang dari kerajaan-kerajaan tersebut diatas, bukan nenek moyang!. Jadi, LOGIKANYA mungkinkan Si Raja Batak itu nenek moyang dari rakyat ataupun, suku penghuni, pendiri, dan pemimpin dari kerajaan-kerajaan tersebut diatas? Mungkinkah anak jauh lebih tua ataupun lebih dulu ada daripada bapaknya? Tidak kan?

    FAKTANYA, seperti yang telah dikemukakan sebelumnya dimana kerajaan-kerajaan yang pernah berdiri di Pulau Sumatera dan beberapa diantaranya sangat identik dengan suku-suku yang dikategorikan Batak, maka jika dipaksakan Si Raja Batak merupakan nenek moyang seluruh suku-suku yang dikatakan Batak, maka jika ditinjau dari aspek ruang, waktu, logika, fakta, dan tradisi tadi ini sangat janggal, sehingga dengan demikian, Karo, Simalungun, dan Mandailing pastinya bukan keturunan dari Si Raja Batak dan juga bukan Batak! Bukan begitu? Sebab, jika Karo, Mandailing, dan Simalungun adalah Batak, maka agar tidak ada kejanggalan dalam tradisi dan sejarah, maka nenek moyang seluruh bangsa Batak harus diganti(bukan Si Raja Batak!). Dan jika ini dipertahankan(Silsilah Si Raja Batak nenek moyang seluruh bangsa Batak-red) maka pastinya Karo harus mundur dari rumpun Batak! Kasian Karo!

    Selanjutnya! Beberapa kali saya baca dikatakan bahasa Batak itu terdiri dari bebrapa dialek(logat), yakni dialek Karo, Toba, Mandailing, Pak-pak(Dairi), Simalungun(Timur), dan Angkola(?). Pertanyaanya: apakah benar hanya dialek? Saya orang Karo, ber-nerga Sembiring Meliala, bebere Ginting Manik, binuang Tarigan Gersang, kempu Sembiring Meliala, kampah Karo-karo Sitepu, entah Karo-karo Barus, ente Sembiring Kembaren, dan soler Karo-karo Sitepu; mengerti benar cakap(bahasa) Karo; tinggal di wilayah Karo di Kecamatan Patumbak yang merupakan bekas wilayah dan ibukota dari negeri Urung Senembah, tepatnya di Kampung Karo. Jadi, saya mengerti benar bahasa Karo dan tahun bahasa Toba, Mandailing, serta Simalungun, sehingga saya berani mengatakan kalau bahasa Batak itu tidaklah benar hanya dibedakan dialeknya saja. Saya berani katakan itu SALAH! Dan apakah ini kekeliruan atau kebohongan, maka itu hanya orang-orang yang mengkonsep itulah yang tahu tujuannya! (1) Seorang per-nande-n(Karo: kaum ibu) jika bertemu dengan inang-inang (Toba: kaum ibu) dan bertutur kata dalam bahasanya masing-masing(dengan bahasa Karo dan Toba) maka mereka tidak akan saling mengerti. (2) Misalkan seorang Karo menikah dengan seorang Toba, Mandailing, ataupun Simalungun, maka bahasa pengantar didalam acara pernikahan itu bukalah bahasa Batak(?) melainkan bahasa Melayu(Indonesia). (3) Dalam menjalin pergaulan antara Karo, Toba, Simalungun, Pakpak, Angkola, dan Mandailing, bukalah bahasa Batak(?) yang dipakai, melainkan bahasa Indonesia. Ini membuktikan bahwa Bahasa Batak(?) yang menurut pandangan ahli dan masyarakat umum tidak hanya dibedakan oleh dialek saja. Juga, kita ketahui, bahwa suku-suku yang dikatakan batak itu hidup dalam wilayang yang berdekatak dan hanya dibatasi oleh daratan. Sehingga, muncul pertanyaan: dengan begitu dekatnya domisili dari etnis-etnis yang dikatakan Batak itu, mengapa bahasa mereka tidak sama dan jika masing-masing dari mereka dipertemukan dan bertutur dalam bahasanya masing-masing mereka tidak saling paham? Bukankah mereka dikatakan satu turunan, akan tetapi mengapa bahasa, logat, arsitek, musik, dan sifat mereka berbeda jauh? Aneh bukan? Bahkan untuk hal sepele untuk memberi salam saja sudah tidak saling paham(tidak sama =>Mejuah-juah : Karo; Horas : Toba). Inggris, Amerika Serikat, dan Australia dipisahkan oleh jarak dan waktu yang cukup jauh, akan tetapi mereka saling paham dalam hal bahasa dan budaya karena hanya berbeda dialek saja. Bukan begitu? Tetapi, mengapa Batak tidak demikian?

    Wilayah-wilayah adat suku Karo juga tidak pernah dikatakan Tanah Batak, melainkan selalu dikatakan Taneh Karo Simalem. Dan, tidak pernah orang Karo hidup di negeri Batak dan berajakan orang Batak!

    Jadi, dalam hal ini diharapkan para pemuka adat dan orang-orang yang bergelut dalam sejarah kesukuan dan budaya agar lebih hati-hati dalam mendoktrinkan sesuatu kepada publik luas, jangan nanti kita sampai ditertawakan orang! Hehehehe… :D

    Mengenai peradatan semua suku yang dikategorikan Batak dikatakan sama. Pertanyaanya. Apakah jika seorang Karo dan Toba menikah, maka dalam acara peradatan pernikahanya dilaksanakan adat Batak(?)? Ataupun dapatkan adat Karo dan Toba bersamaan dijalankan? Tentunya tidak kan? Pasti dalam acara peradatannya akan dilakukan masing-masing, apakah adat Karo ataupun Toba.

    • Seorang Karo yang baik dikatakan harus mengerti adat Karo, jadi, kalau Batak yang baik harus mengerti adat Batak(?)?
    • Seorang Karo yang baik harus mengerti cakap(bahasa) Karo, jadi, kalau Batak yang baik juga harus mengerti bahasa Batak(?).
    • Seorang Karo jika menikah biasanya memakai pakaian adat Karo dan dalam resepsi dijalankan adat Karo, jadi, seorang Batak juga saat menikah juga umumnya memakai pakaian adat Batak dan dalam resepsi pernikahannya juga dilaksanakan adat Batak(?).
    Pertanyaanya. adakah bahasa Batak, adat, dan Pakaian adat Batak? Yang jika seorang Inggris ingin belajar bahasa Batak. tentunya tidak kan? Yang ada Toba(Batak), Karo, Simalungun, Pakpak, ataupun Mandailing. Misalkan saya hendak menikah dan dalam runggu(musyawarah) disepakati akan dilaksanakan adat Batak dan memakai pakaian adat Batak, maka apa yang harus saya lakukan dan pakai???????? Dapatkah seorang bermerga Tarigan mengatakan dia seorang Batak(Tidak Cukup), tetapi kalau dikatakannya dia orang Karo itu sudah cukup. Karo cukuplah Karo bagi orang Karo, jadi mengapa kurang jelas dirasa ? Apakah orang Karo yang merasa kurang jelas, atau orang Eropa?

    Dan, TRADISI-nya Si Raja Batak sebagai nenek moyang bangsa Batak dengan Silsilah(terombo) marga-marga Batak sendiri, dapat dipastikan hanya dipakai dan diakui di Toba saja. Sedangkan, di Karo sendiri, diyakini kelima merga Karo yang sering disebut Merga Silima merupakan turunan asli(geneolgi) dari Karo, namun dikemudian hari terjadi invasi dari bangsa-bangsa lain, baik yang bertalian dekat maupun jauh dengan Karo itu, sehingga dalam turi-turin(tradisi) cabang(sub-) merga Karo itu bervariasi akan asal-usul geneologinya dan domisilinya. Juga, Si Raja Batak atau sebutan si raja batak tidak pernah dikenal dan tidak diakui di Karo! Yang ada di Karo, Raja Urung dan juga Sibayak/Sultan yang merupakan penguasa dan pemimpin suku bangsa Karo.

    Jadi, benarkah Karo itu Batak? Kalau saya pribadi, lebih kuat hati nurani dan logika saya mengatakan Karo adalah Karo! Bukan Batak Karo! Jadi, jawaban saya: KARO BUKAN BATAK! Hehehe…  Memang kajian saya diatas sangat sederhana tetapi, jika dalam hal yang sesederhana itu sudah dapat membuktikan sesuatu, buat apa kita cari yang rumit-rumit dan malah membuat kita semakin saling tidak mengerti. Hehehehe... Mejuah-juah kita kerina.

    Mejuah-juah.


    Comments
    2 Comments

    2 comments:


    1. Bujur, Turang Gabygabriela.
      Mejuah-juah.

      KBB -> http://arikokena.blogspot.com/2013/07/karo-bukan-batak-kbb.html

      KBB Sekedar opini dari saya -> http://arikokena.blogspot.com/2012/10/karo-bukan-batak-sekedar-opini-dari-saya.html

      UIS KARO DAN KARO BUKAN BATAK -> http://arikokena.blogspot.com/2013/06/uis-karo-dan-karo-bukan-batak.html

      ReplyDelete

    Mejuah-juah!