Turang,
secara harafiah dalam cakap(bahasa) Karo mengadung artian persaudaraan yang berlainan jenis kelamin
(laki-laki – perempuan, ataupun perempuan – laki-laki), sebab jika
serupa, ataupun sama bukan disebut turang
akan tetapi, disebut dengan senina. Namanu,
dalam pembahasan kali ini, saya bukan ingin mengkaji kata turang ini dari dalam
aspek bahasa, atau dalam bahasa kerennya sering disebut dengan sebutan kajian
etimologi. Melainkan, pada kesempatan ini saya hanya ingin sedikit membahas
tentang salah satu film bernuansa(berlatar) Karo
karya sutradara kawakan era 50 – 60-an Bachtiar Siagian yang juga merupakan ketua
dari Indonesia Film Institution dan Lembaga Kebudajaan Rakjat dikenal
dengan akronim LEKRA.

Oh, turang, turang ku, turang
Ija deleng erdilo
Megersing pagena mejile
Ija je me kap turang, sapo terulang
Kutimai kam turang ku, turang
Megersing pagena mejile
Ija je me kap turang, sapo terulang
Kutimai kam turang ku, turang
Oh, turang, turang ningku, turang
Ijadah me kap kam kutimai
Cirem nari ukurku oh, turang
Sehkel ulina o, turang ku turang
Reff
Kubayu(bayundu: jiak yang melantunkan peria) tanda mata mejile
Man inget-ingetenta duana
Oh ,turang, turang ku, turang
Begiken sorangku o turang
Oh, turang tedeh kal ateku
Ijadah me kap kam kutimai
Aloi aku turang ku, turang
Lihat lagu Oh, Turang di youtube.
Sunting(Sinopsis)
Film Turang mengisahkan perjuangan masyarakat Karo dimasa penjajahan Belanda,
khususnya di Kuta Seberaya(salah satu lokasi shooting) yang juga pernah menjadi
pusat komando tentara Resimen IV dibawah pinpinan Djamin Ginting. Diceritakan
dalam film ini, Wakil Komandan Rusli(diperankan oleh: Oemar Bach) terluka saat
pertempuran, sehingga harus dirawat, dan perawatannya diserahkan kepada Tipi (Nizmah) yang merupakan adik dari
Tuah(Tuahta Peranginangin) yang juga anggota laskar pejuang. Saat-saat
perawatan menumbuhkan cinta antara Rusli dan Tipi, namun situasi yang saat itu
genting membuat jalinan asmara itu harus tertahan. Serangan yang gencar
dilakukan tentara Belanda membuat keberadaat laskar pejuang harus
berpindah-pindah dan bergrilya, karena keberadaan laskar selalu dapat dibaca
oleh Belanda atas informasi dari Dendam(Hadisjam Tahax) yang merupakan
penghianat dan mata-mata untuk pihak Belanda.
Penghargaan dan prestasi
Filim Turang
merupakan film bernuasa perjuangan di daerah Karo, namun lagu dan filmnya
berhasil nemikat hati masyarakat umum, bukan hanya orang Karo saja. Film ini
juga diberitakan pernah diputar di biaskop Broadway - New York(Amerika),
Belanda, dan tentunya di bioskop-bioskop di Indonesia. Pemutaran perdananya dilakukan
di Istana Merdeka dan disaksikan langsung oleh Presiden Soekarno, para pejabat,
dan pendukung film; serta dalam Pekan Apresiasi
Film Nasional 1960 atau dalam Festival Film Indonesia (FFI) 1960, film ini berhasil meraih Piala Citra sebagai Film Terbaik.
Dan, dari film ini juga Bachtiar Siagian berhasil meraih penghargaan sebagai
sutradara terbaik, dan penghargaan pemeran pendukung terbaik yang diraih oleh
Achmad Hamid, serta tata artistik terbai. Jadi, dalam FFI 1960 film Turang berhasil meraih penghargaan
dalam empat(4) kategori. Film ini juga pernah diikut - sertakan dakam festival film Asia, walau tanpa penghargaan satupun.
Kontroversi
Kesuksesan
film Turang dan para pendukung-nya ternyata tidak dapat dijadikan pembelaan
agar film ini terhindar dari pemusnahan yang dilakukan Orde Baru. Keterlibatan Bachtiar Siagian dalam PKI, yang
merupakan sutradara dari film ini membuat semua karya-karya beliau dimusnahkan,
dan tak terkeculi film Turang juga ikut dimusnahkan.
Namun,
bebrapa pendapat miring lainnya muncul, kalau pemusnahan permanen terhadap film
Turang ini bukan semata-mata karena keterlibatan Bachtiar Siagian dalam PKI,
akan tetapi, bayak yang berpendapat bahwa ini merupakan buntut dari
keberpihakan masyarakat dan tokoh-tokoh Karo terhadap Soekarno. Kita ketahui kalau masyarakat Karo dan tokoh-tokoh Karo berjiwa Marhein dan merupakan
Soekarnois sejati. Dan pernah dalam sebuah percakapan saya menangkap pernyataan yang tidak lazim, namun beberapa kali terlontar kalau Soeharto yang
notabene-nya penguasa Orde Baru memiliki perselisihan dan kebencian terhadap salah seorang
perwira Sumatera berdarah Karo Brigjen Djamin Ginting (anumerta Letnan Jendral), dimana dikabarkan beliau memberi dukungan penuh(juga dalam pendanaan) dalam
proses produksi film ini. Hal ini dikaitkan dengan usaha-usaha penggulingan
Soekarno. Kita ketahui kalau Brigjen Djamin Ginting dalah petinggi militer
dalam Front Nasional pendukung setia Soekarno dalam kelompok Kubu Tengah AD Indonesia
pimpinan Letjen. A. Yani yang dalam beberapa situasi sering berbeda paham
dengan Kubu Kiri (PKI), serta Kubu Kanan AD Indonesia yang dipinpin oleh A. H. Nasution dan Soeharto.
Sebelum G 30 S / PKI meletus, Djamin Ginting diangkat menjadi anggota SUAD (Staf Umum
Angkatan Darat) yang loyal kepada Letjnd. A. Yani. Dimana dalam proses
penggulingan Soekarno yang dalam beberapa hasil kajian tidak lain dilakukan
oleh Soeharto, dkk, dengan dalih kejadian G 30 S/PKI yang hingga kini masih
kontoversi. 3 dari 6 perwira SUAD, yakni: Suprapto, D. I. Panjaitan, dan S. Parman dibunuh pada G 30 S, sehingga tinggal 3 perwira yang selamat yang harus
juga segera disingkirkan, maka 2 dari 3 lainnya yakni Mursyid dan Pranoto
akhirnya 8 bulan kemudian pasca G 30 S disingkirkan oleh Soeharto. Orang
terakhir dari Staf Letjend. A. Yani yang tertinggal yakni Brigjend. Jamin
Ginting yang awalnya dimanfaatkan Soeharto untuk menegakkan Orde Baru (juga
Gakari cikal bakal Golkar) dan kemudian juga diabaikan bahkan, disingkirkan!
Kejadian kebersamaan antara Soeharto dan Djamin Ginting ini dianggap masih
kontroversi, bahkan tidak jarang muncul bisikan-bisikan kalau sesungguhnya
kematian Djamin Ginting di Kanada saat menjabat Duta Besar RI tidak terlepas
dari peran Soeharto (walau dalam laporan Djamin Ginting meninggal dunia akibat
sakit). Ini dikatakan juga jadi alasan
dimana film Turang yang disutradarai Bachtiar Siagian (terlibat PKI), bernuansa
dan berlatar Karo(Soekarnois sejati), dan didukung penuh oleh Djamin Ginting(loyal
kepada Soekarno dan A. Yani, serta kelompok Kubu Tengah AD-RI yang berselisih
paham dengan Kubu Kanan AD-RI) harus dimusnahkan secara permanen!
Dimana film Turang sekarang?
Setelah
dilakukan pemusnahan film-film yang dimasukkan dalam kategori kiri(berbau
komunis), hingga kini tidak ada yang tahu apakan masih ada pertinggal dari film
Turang ini. Ada sumber tulisan yang mengatakan kalau film Turang masih ada yang
disimpan di musium ataupun kelektor di Belanda, namun, dimana? Hingga sekarang
siapapun tidak ada yang tahu pasti.
Benarkah film Turang berhaluan
kiri?
Seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya, film Turang menceritakan perjuangan
masyarakat Karo di Tanah Karo(Sumatera Timur, sekarang Sumatera Utara) melawan
penjajahan Belanda, yang dibumbui dengan kisah romatisme. Jadi, buka film yang
berusaha mengibarkan sebuah paham atau ideologi, ataupun, propaganda politik.
Sehingga film Turang bukanlah film komunis, walau disutradarai oleh Bachtiar
Siagian yang dituduh berhaluan kiri.
Daftar Bacaan
http://nusantaranews.wordpress.com/2009/08/14/amerika-serikat-dan-penggulingan-soekarno-1965-1967-2/
http://id.wikipedia.org/wiki/Etimologi
http://id.wikipedia.org/wiki/Gerakan_30_September
https://www.youtube.com/watch?v=MXzyroofBbU&feature=youtu.be
http://id.wikipedia.org/wiki/Gerakan_30_September
https://www.youtube.com/watch?v=MXzyroofBbU&feature=youtu.be
apa berarti turang adalah orang-orang yang marganya sama?
ReplyDelete