![]() |
Bagan silsilah Merga Silima, dikutip dari : Kol. (Purn) Sempa Sitepu dalam buku "Sejarah Pijer Podi, Adat Nggeluh Suku Karo Indonesia" |
Secara etimologi(asal
muasal kata), kata marga ini
diyakini berasal dari cakap(bahasa) Karo,
yang dimana awalnya berbunyi merga dari
akar kata me-[h-]erga dan mehaga(r
setara dengan h/ r=h) yang berarti berharga dalam
arti berkuasa.
Berharga, karena mereka dipandang sebagai turunan dari individu ataupun kelompok
yang terpandang dan berkuasa, sehingga dinamai Si
Merga ataupun Si
Meherga ataupun Si
Mehaga.
Me = sangat, lebih, atau bisa disetarakan
dengan ber dalam
bahasa Indonesia.
Contoh:
1. me-haga : sangat agung, sangat
berhaga, sangat elegan, terhormat, berkuasa dll
2. me-rupa : sangat cantik,
memiliki rupa/paras yang lebih.
3. me-jile : sangat cantik.
4. me-lumat : sangat kecil
5. me-karo : sangat kekaro-karoan
5. ,dll.
[h-]erga = harga, juga sama dengan haga yang
berarti sesuatu yang dipandang berharga.
Jadi: meherga = merga(“h” tidak dipakai)
=> sangat berharga
Sama halnya dengan mbatak yang
“m”-nya hilang, sehingga menjadi “batak”.
mbakau = menjadi bakau
mbaca = menjadi baca
Dalam turi-turin(tradisi)
Karo dikatakan, Karo adalah suku asli yang mendiami wilayah yang meliputi
seluruh bekas daerah Kresidenan Sumatera Timur, dataran Tinggi Karo, sebagian
wilayah Dairi, serta beberapa wilayah di Aceh Tenggara, yang diyakini ber-nenek
moyangkan Aroe(Nini Karo). Keturunan dari nenek moyang Karo ini-lah yang
kemudian menjadi Sibayak(raja, penguasa, si kaya, bangsawan, gelar bangsawan
Karo) di wilayah-wilayah Karo yang disebut Taneh Karo Simalem, yang didalam
kebiasaan masyarakat Karo dipanggil dengan sebutan Si
Meherga ataupun, Si
Mehaga (sama
halnya dalam penuturan bahasa Melayu/Indonesia untuk menunjuk penguasa, yakni Yang
Mulia, Yang Dipertuan Agungkan, dlsb),
yang kemudian menjadi Si
Merga dari
asal kata “me[-h-]erga” ataupun “mehaga” yang berarti berharga, mulia, agung,
berkuasa, dan lain-lain. Selanjutnya masih dalam tradisi yang sama, Si Merga
ini kemudian memiliki lima orang anak, yanki Karo-karo, Ginting, Tarigan,
Sembiring, dan Peranginangin. Kemudian kelima anak Si Merga ini dipanggil
dengan sebutan Merga
Silima(kelima merga/marga). Dan, itulah diyakini awal terbentuknya kata ‘marga’
yang membentuk system kekerabatan pada masyarakat Karo dan diyakini embrio dari
marga-marga yang ada khususnya di Sumatera Utara.
Namun, muncul
pertanyaan. Mengapa etimologi “marga” diambil dari cakap Karo (merga)
dan “merga” berubah menjadi marga? Asumsi: kata merga yang
awalnya berasal dari kata meherga(h-nya hilang),
ataupun mehaga(bunyi r dan h hampir
sama: Prof. H. G. T), sehingga menjadi merga juga,
seiring waktu dan dialek-dialek diberbagai wilayah diyakini turut dalam merubah
dan membentuk kata merga ini menjadi marga.
Mengenai cakap Karo,
bahasa ini belum banyak mengalami perubahan, sehingga masih belum terasing dari
bahasa Indonesia(Melayu) asli (R. Brandstetter, Ph. D : “Root and Word”).
Perhatikan berikut ini!
Bunyi e asli
Indonesia dan masih ditemukan di Karo, tetapi menjadi o
dan tak jarang menjadi a juga di Toba(Batak).
Contoh: beru di
Karo = menjadi boru di
Toba
reh di
Karo = menjadi roh di
Toba
teba di
Karo = menjadi toba di
Toba
demikian jugalah diyakini kata merga di
Karo = menjadi marga di
Toba, morga di Simalungun dan dalam penuturan lainnya.
Bunyi k asli
dan masih ada di Karo, tetapi berubah menjadi h di
Toba.
Contoh:
karo di Karo = menjadi haro di
Toba
bukit di Karo = menjadi buhit di
Toba
kesah di Karo = menjadi hosa di
Toba
Bunyi h asli
dan masih ditemukan di Karo, akan tetapi hilang di Toba.
Contoh:
kesah di Karo = berubah
dan menghilang bunyi h-nya
di Toba menjadi hosa
kuta
di Karo = menjadi
huta di Toba
Mungkin akibat dari
ini, kata meherga di
Karo yang berarti berkuasa(keturunan) menjadi marga di
Toba, dimana bunyi e di Melayu/Indo/Karo
berubah menjadi a atau
terkadang o di
Toba, serta bunyi h yang
asli di Indo/Melayu masih ada di Karo, tetapi hilang di Toba.
Dan,
mengapa kajian ini diperbandingkan antara bahasa Karo dan Toba(Batak)? Ya,
mengingat dikedua kelompok(Karo dan Toba/Batak) ini-lah paling kuat tradisi
akan asal-usul dari merga/marga yang dalam pergaulan sehari-hari dipandang
sebagai klan-klan hubungan darah dalam konteks satuan etnis.
Perbandingkan arti kata marga lainnya
dari sumber berikut ini:
1. binatang liar/marga satwa(tidak
diternakan)
2. kelompok
kekerabatan yg eksogam dan unilinear, baik secara matrilineal maupun
patrilineal;
3. bagian daerah (sekumpulan dusun)
yg agak luas (di Sumatra Selatan);
-- ketip marga
yg bertugas membacakan doa (di Lampung)
source: kbbi3
n Bio
4. satuan taksonomi di antara
suku dan jenis, serta merupakan wadah yg mempersatukan jenis-jenis yg erat
hubungannya, huruf depan nama marga ditulis dng huruf kapital dan selalu
tercantum dl nama jenis;
-- khusus marga
yg sengaja diciptakan untuk menampung sebagian dr jenis khusus; -- monotipe marga
yg hanya mempunyai satu jenis
source: kbbi3
noun
5. jalan; dasar (yg dipakai
sbg pegangan hidup, bekerja, dsb)
Marga = nama keluarga/keturunan(berdasarkan
geneologi)[…]
Marga adalah nama sebuah
kecamatan di Kabupaten Tabanan di Provinsi Bali[…]
Kata yang menyerupai
meraga(me.ra.ga)
nomina(n)
1. binatang liar; marga(nomina)
Verba(v)
2. beraga; (v)
Oleh
karena merga/marga itu dipandang sesuatu yang berharga(menunjukkan jati diri),
maka disertakan dibelakan nama keturunan dari Si Meherga/Mehaga tadi.
Disadur
terutama dari tulisan Prof. H. G. Tarigan dan P. Tambun, tradisi, serta
pandangan etimologi.
No comments:
Post a Comment
Mejuah-juah!