Mejuah-juah.   Rudang Rakyat Sirulo Comunity    Mejuah-juah.
    <--> MEJUAH-JUAH <-->

    Sunday, July 7, 2013

    Buluh Awar: Kota Suci Bagi Umat Kristen Karo Yang Hampir Terlupakan



    Gerbang untuk menuju Buluh Awar dari Simpang Pasar Baru
    Mejuah-juah. Tidak banyak orang yang tahun dimana posisi pastinya Buluh Awar, bahkan sejarah yang pernah ditorehkan oleh salah satu desa di Kabupaten Deli Serdang ini. Saya sendiri pernah beranggapan kalau Buluh Awar ini terletak di dalam wilayah Kabupaten Karo yang berbatasan dengan Nangro Aceh Darulsalam(NAD) atau bahkan dengan Kabupaten Langkat, walau-pun tidak jarang didalam keluarga, Buluh Awar ini menjadi topik pembicaraan. Demikianlah yang terjadi pada Buluh Awar, dimana posisinya kian hilang dari perbincangan, sehingga semakin tidak dikenal, bahkan dilupakan oleh generasi Kristen Karo sendiri.
    Dimanakah Buluhawar itu?

    Desa Buluh Awar merupakan salah satu desa kecil di Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang dan merupakan salah satu desa terpencil dan tertinggal. Mengapa? Ya, beberapa yang menjadi tolak ukurnya yakni tidak tersedianya sarana transportasi umum, akses jalan yang tidak terawat, semakin sepi karena ditinggalkan warganya, serta jaraknya yang jauh dari desa-desa sekitarnya dan jalan lintas. 

    Padahal, jika kita berbalik ke sejarah masa lampau, Buluh Awar merupakan jalur perlintasan dan juga tempat persinggahan orang-orang yang ramai lalu lalang dari Pesisir Timur Sumatera menuju dataran tinggi Karo dan sebaliknya(Lalu lintas Perlanja Sira/pemikul garam). Informasi serupa juga saya peroleh dari salah satu orang tua di desa Bukum yang juga merupakan perpanjangan lalu lintas ke dataran tinggi di masa lampau(Cingkam Pass), sehingga, tidaklah salah jika H. C. Krujt yang kala itu didatangkan oleh Deli Mascapij untuk mengkristenkan Karo melalui  Nederlandsch Zendeling Genootschap (NZG) memilih Buluh Awar(1 Juli 1890) menjadi pos untuk memulai misinya untuk menyebarkan injil kepada masyarakat Suku Karo terkhususnya di kawasan dataran tinggi Karo(Karo Gugung).

    Menjadi saluran berkat...

    Namun, apakah ini suatu kebetulan? Maksud saya, bahwa karena posisinya yang strategis membuat Buluh Awar ini menjadi pilihan utama didirikannya Pos Pekabaran Injil(PI) pertama bagi masyarakat Karo. Tentunya tidak demikian. Karena jika misinya untuk Karo Gugung, maka posisi Bukum, Cingkem, Pernengen, dll tidaklah kalah strategis saat itu. Tetapi iman kekristenan kita harus berkeyakinan bahwa Tuhan Yesus-lah yang telah meletakkan dasar firman-Nya di Buluh Awar dan memakainya sebagai saluran berkat kepada masyarakat Karo.

    Saluran Berkat? Karena kita sadari dan akui, misi zending yang awalnya lebih bernuansa politis saat itu dikemudian hari membawa dampak positif yang besar bagi perkembangan masyarakat Karo, baik itu dalam bidang ekonomi, pertanian, pendidikan, kesehatan, kebudayaan, dlsb. Sehingga apa yang terjadi terhadap Buluh Awar dewasa ini adalah sebuah dilemma, dimana sebuah tempat yang menjadi saluran berkat dan pernah menorehkan sejarah manis bagi sejarah perkembangan terkhususnya kekeristenan Karo tanpak semakin kabur dan bahkan terlupakan.

    Situs rohani bagi umat Kristen...


    Saat team napak tilas GIKI menuju Buluh Awar[25/6/2013]Dalam sebuah arikel yang dimuat di Harian Sinar Indonesia Baru(SIB) berjudul: “GIKI Ingin Wujudkan Desa Buluhawar Jadi Tempat Berdoa Umat Kristen Sumut” secara umum tidak mendapat respon dari para pembaca yang notabene-nya kebanyakan umat Kristen. Bahkan jika lebih khusus lagi kepada umat Kristen Karo, juga tidak ada respon, dan walaupun direspon lebih kepada kecurigaan. Ini membuktikan, kalau Buluh Awar itu memang benar-benar kurang dikenal dan mulai terlupakan, akibatnya direspon dengan keliru. Dengan demikian, cita-cita untuk mewujudkan Buluh Awar sebagai tempat berdoa bagi umat Kristen di Sumut atapun konsep Kota Suci Buluh Awar bagi Umat Kristen Karo akan semakin sulit untuk diwujudkan. Padahal, seperti apa yang dikemukakan oleh Pdt. Edi Suranta Ginting dalam pesan singkatnya, yang jika saya menterjemahkannya, demikian: “andaikata setiap orang Karo mengenal Buluh Awar dan berkunjung ke Buluh Awar, maka pasti akan banyak lahir gagasan-gagasan untuk mengembangkan kota itu.” Orang Karo, dalam hal ini tidak hanya terbatas pada kelompok-kelompok yang dari awal hingga kini dilibatkan dalam perkembangan Buluh Awar (Kelanjutan NZG dan masyarakat Buluh Awar baik yang masih tinggal disana maupun yang merantau), akan tetapi melibatkan sekala yang lebih luas, yakni: Umat Kristen Karo dari semua denominasi gereja, masyarakat Karo dimanapun berada, dan pemerintah yang kesemuanya memiliki keterbebanan, rasa tanggung jawab, dan semangat untuk mewujudkannya. Yang dituntut dalam hal ini, adalah kesehatian dan kesetiaan seluruh masyarakat Karo dari seluruh lapisan dan golongan dan saling menghormati agar cita-cita menjadikan Buluh Awar tempat berdoa dan bahkan kota suci bagi umat Kristen Karo khususnya dapat terealisasikan dengan cepat.


    Ajaran Alkitab untuk menghargai dan 
    menghormati pendahulu...

    Dalam ajaran Alkitab, jelas diterangkan bahwa kita ditugaskan untuk menghargai pendahulu kita. “Satu contoh dari Perjanjian Lama ialah kitab Tawarikh. Kitab Tawarikh isinya adalah pengulangan kisah Raja Daud, Raja Salomo dan raja-raja Yehuda lainnya. Yang membedakan kitab Tawarikh dan kitab Samuel dan kitab Raja-raja ialah bahwa di dalam kitab Tawarikh tidak diceritakan kelemahan dan kekurangan Raja Daud dan Raja Salomo. Kejatuhan Raja Daud ke dalam dosa perzinahan dengan Batsyeba tidak diceritakan dan kelemahan Salomo dengan seribu wanitanya juga tidak diceritakan. Mengapa? Oleh karena kitab Tawarikh adalah kitab pendidikan untuk orang Israel. Sebagai kitab pendidikan, maka yang ditonjolkan ialah kebaikan-kebaikan dari leluhur mereka.

    Dalam Perjanjian Baru juga ada contoh yang bisa menjadi pelajaran bagi kita. Jemaat yang tertua dan yang pertama ialah jemaat Yerusalem dengan sokogurunya Yakobus. Jemaat yang kedua atau yang lebih muda ialah jemaat Antiokhia dengan tokohnya Rasul Paulus. Jemaat Antiokhia dan Rasul Paulus tetap memberikan penghargaan dan penghormatan terhadap jemaat Yerusalem. Rasul Paulus tetap menunjukkan sikap hormatnya kepada Yakobus dan jemaat Yerusalem dengan tidak menilai kekurangan dan kelemahan jemaat Yerusalem(esg/sinalsal)”. Maka kita dapat menyimpulkan bahwa menghargai dan menghormati pendahulu kita adalah suatu kewajiban! Melupakan jasa pendahulu adalah beroleh keterpurukan, maka oleh karena itu diharapkan tumbuh kesadaran sama-sama memiliki, sama-sama berkewajiban, dan sama-masa berperan dalam mewujudkannya. Mejuah-juah TUHAN YESUS Si Masu-masu. 
           
    Comments
    1 Comments

    1 comment:

    Mejuah-juah!