Pro KBB anti GBKP. Siapa bilang? KBB(Karo
Bukan Batak)! Semakin laman, perbincangan ini semakin ramai saja. Tua, muda,
bahkan hingga anak kecil sudah ber-KBB. Dari pengangguran, pelajar, petani, pedangang,
karyawan swasta, PNS, bahkan hingga kalangan rohaniawan tidak luput dari perbincangan
KBB(pengusaha dan pejabat?). Diskusi yang sebelumnya dinilai diskusi murahan yang saling mencemooh,
kini berkembang menjadi diskusi kelas intelektual yang diikuti secara luas.
Sehingga, KBB yang awalnya ditanggapi secara pesimis dan negatif, kini malah
menjadi metode membangun karakter dan bahkan menjadi media pengenalan, pembelajaran
dan pembentukan mental masyarakat Karo khususnya.
Namun, tidak jarang KBB dituding anti
GBKP. Tak jarang juga, KBB dituduh merupakan pergerakan orang diluar GBKP untuk mengubah kata 'batak' dalam unsur nama GBKP, bahkan meruntuhkannya? Apakah benar demikian(orang diluar GBKP)? Saya katakan itu tidak benar!
Coba, kita lihat orang-orang yang
pro-KBB yang berambisi merubah nama GBKP, seperti: Roberto Bangun. Nama ini
tidak asing bagi para pejuang KBB. Diketahui, beliau dan kaum muda GBKP pernah
dengan gigih hendak merubah nama GBKP menjadi GKKP(Gereja Kristen Karo
Protestasan), namun kandas karena mendapat perlawanan dari kaum tua yang lebih
kepada alasan administrasi ketimbang alasan historis dan
kultural. Maksudnya alasan administrasi, adalah; kaum tua beralasan nama GBKP
sudah takdir(?), dan akan susah mengubahnya karena itu yang sudah tercatat di
pemerintahan dan DGI(sekarang PGI), walaupun dari berbagai pernyataan dan
tulisan kaum tua itu hati kecilnya juga tidak rela dengan kata ‘b’ itu, demikian
penuturan Pdt. B. A. Peranginangin disela-sela makan siang saat kunjungan
beliau ke Medan(22/9).
Namun, coba perhatikan! Setelah Roberto
Bangun dan para kaum reformis seperti gerakan era 80 – 90(akhir) yang tergabung
dalam Tim Ezra dan YPI Takasima keluar dari GBKP, apakah mereka ada menuntut
kembali perubahan nama GBKP? Ataupun menuntut perubahan lainnya? Tidak! Karena
mereka sadar itu bukan lagi kewenangan dan hak mereka, sehingga mereka lebih
memilih kepada memperjuangkan kebebasan Karo dari bayang-banyak ‘batak’ dan
kepentingan lainnya itu tanpa menyinggung GBKP.
Hal demikian juga saya alamai. Sejak
kecil saya aktif di GBKP, dan mulai sadar akan identitas saya saat saya duduk
dibangku sekolah menengah atas(2002) dan dilanjut ke perguruan tinggi(2005).
Saya sering mengikuti diskusi dan perdebatan tentang hal ini. Dan, tidak jarang
saya jelaskan apa yang saya pernah ketahui tentang muasal/alasan/kemungkinan kata 'b' dalam unsur nama GBKP, dan tidak jarang juga meprovokasi teman-teman lainnya prihal nama ini. Namun, semejak saya
keluar dari GBKP(dan beberapa teman lainnya), hingga kini saya tidak lagi mau menyinggung GBKP prihal
namanya. Kalau saling sindir, itu biasa! Dan, demikianlah juga saya perhatikan
teman-teman pro-KBB lainnya, yakni: tetap yang ingin merubah nama GBKP adalah
mereka yang masih bernaung di GBKP(menganggap masih memiliki hak), yang di luar atau keluar, tidak! sehingga
tuduhan kalau kami yang diluar GBKP-lah yang paling gentol ingin meruhan nama
ini, saya katakana itu tidak benar! Sebab, kami yang eks-GBKP sadar benar itu bukan
lagi hak dan wewenang kami, sehingga kami katakan: "soal nama GBKP itu urusan
orang dalam GBKP!"
Namun,
walau demikian, tuduhan yang dilontorkan kepada kami yang pro-KBB yang bukan
anggota dan tidak lagi anggota GBKP masih juga tetap ada, bahkan seakan-akan sengaja
sentimen ini dibangun/digerakkan untuk menumbuhkan kefanatikan gereja, buka
kekaroan untuk menekan para pro-KBB. Sehingga, banyak dari teman-teman yang dulunya
pro-KBB dengan alasan membela gerejanya kini anti dan menuding KBB itu sebagai pemecah
belah dan tidak sanggup lagi membedakan antara memperjuangkan kepercayaan dan identitas(?). Hal ini sangat
disayangkan. Tetapi, itulah bunga-bunga demokrasi, dinamis dan fleksibel
melihat perkembangan zaman dan kepentinganya.
Namun, Sekali kagi saya katakana: yang
kami perjuangkan adalah kekaroan, bukan fanatisme gereja(denominasi). Sehingga,
anggapan pro-KBB anti GBKP itu tidak benar! Apalagi kami yang bukan dan tidak
lagi anggota GBKP, karena itu bukan urusan kami. Mejuah-juah.
Tulisan ini hanya pembelaan kecil
dari kami pro-KBB, tiada maksud lain.
Sebab kami merasa tidak seperti
yang dituduhkan banyak orang kepada kami.
Kami mohon maaf jika ada yang keliru.
Mejuah-juah.
Seperti yg kita ketahui,, kita orang karo sangat menghargai perbedaan agama...
ReplyDeletesaya muslim,, ayah saya dri desa pernantin kec.juhar kab.karo.
sebagian besar kluarga saya Nasrani,, dan kami sllu saling menghargai.
saya pro KBB,, dan tidak anti GBKP.
Seri nge kita e, Senina.
DeleteSaya memang dulu di GBKP saat masih kecil, saya pro KBB dan saya tidak membenci GBKP.
Mau ngaku batak atau tidak, itu urusan mereka... yang penting saya adalah kalak KARO, Bukan batak Karo! :D Mejuah-juah.