| Nama Menteri dalam Aksara Karo. Nama disesuaikan dengan ejaan Bahasa Karo. |
Sebelumnya: Bagian II
| Nama Presiden RI: Jokowidodo dan Wakil Presiden RI: H,M. Jusuf Kalla (Aksara Karo) |
| Nama-nama Menteri Kabinet Kerja(2014 - 2019) dalam Aksara Karo(Bagian I) catatan: Nama-nama di atas telah disesuaikan dengan ejaan dalam Bahasa Karo. Mejuah-juah. Bersambung |
GPS menunjukkan 974 kilometer dari tempat aku berpijak saat ini ke sebuah kota nan jauh di sana, dimana kenangan masa kecilku tertinggal. Oh, tidak lagi. Ternyata sudah hilang digusur, demikian kudengar dari berita di televisi. 974 Km, kenangan akan “Berondong Tiga Delitua” masih melekat kuat. Bukan karena enaknya, tetapi murah meriah. Cocok saat budget paspasan, dimakan sambil bersendaugurau menunggu Nande Ginting selesai berbelanja.
Sebuah foto diunggah di grup facebook Jamburta Merga Silima (JMS) dengan keterangan, “La piga pang bagi ni bulang enda Roberto Bangun si mindo irubah kata-kata ibas “Pertoton Bapa Kami” (Nusur ku begu irubah jadi Nusur ku doni kematen).” Kemudian, tanpa mau memahami yang menjadi pokok persoalan ada akun dengan sumbang berkata, kalau Roberto Bangun sedang menantang ataupun melawan Tuhan.
Perlu diingat, bahasa asli Alkitab, yakni Ibrani untuk Perjanjian Lama (PL) dan Yunani untuk Perjanjian Baru (PB). Dari sejarah kekeristenan di Karo, missionaris asal Belanda lah yang pertama kali menterjemahkan Alkitab ke Bahasa Karo. Kemungkinan besar, beliau menterjemahkannya dari Bahasa Belanda, bukan Ibrani ataupun Yunani. Penterjemahan dari Yunani dan Ibrani ke Belanda pun sudah mengalami banyak perubahan makna dan banyak kata tidak memiliki makna terjemahan standart, lebih kepada makna tafsiran. Demikian juga saat diterjemahkan ke Bahasa Karo dari Bahasa Belanda.
Mejuah-juah. Beberapa waktu lalu kita membahas sedikit tentang Rumah Adat di rumpun Kebudayaan Austronesia, termasuk Karo, Minang, Melayu, Batak, dll. Demikian juga keterkaitannya dengan nilai-nilai kesopanan yang berkembang di masyarakatnya. Lalu, kemarin itu, Edi Sembiring mengunggah sebuah foto Rumah Adat Karo ke group facebook Jamburta Merga Silima (JMS) yang dikutip dari Koran Rotterdamsch Nieuwsblad bertanggal 04 Juli 1928. Beberapa akun turut mendiskusikan konstruksinya dari aspek bahan, namun pandangan saya bertumpu pada pertanyaan: “Apa nilai-nilai yang terkandung dalam pembangunan sebuah rumah adat terhadap masyarakatnya?”
Mejuah-juah. Sekarang ini, hampir di seluruh wilayah Indonesia dapat ditemukan orang Karo. Bahkan hingga ke luar negeri. Baik yang hidup sendiri-sendiri jauh dari komunitas Karo ataupun yang berkelompok dan membentuk perkumpulan orang Karo. Artinya, orang Karo telah terpencar dari wilayah-wilayah Karo.
Mejuah-juah. Semboyan ataupun motto yang diciptakan oleh satu komunitas, ataupun dijulukkan oleh orang-orang luar, tentunya memperhatikan aspek internal dari komunitas tersebut. Sebagai contoh, julukan Bumi Turang untuk Taneh Karo ataupun pijer podi sebagai motto dari Kabupaten Karo. Mari kita merenung sejenak. Dapatkah kita katakan pijer podiadalah motto pemersatu Suku Karo sejak dahulu hingga sekarang dan juga untuk hari esok?
Mejuah-juah. Banyak dalam dokumen Suku Karo kita temui istilah pijer podi. Misalkan, dokumen persadan-persadan(perkumpulan) kuta(kampung), kuta kemulihen (kampung tempat berpulang)), Credit Union (CU), merga, kepemudaan, kepanitiaan, keagamaan, bahkan hingga dokumen pemerintahan. Salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Utara, yakni Kabupaten Karo juga menjadikan kata ini sebagai mottonya. Tetapi, dari sekian banyaknya dokumen yang menuliskan pijer podi, tidak banyak orang, termasuk orang Karo sendiri, yang memahami arti dan makna pijer podi.