Mejuah-juah.   Rudang Rakyat Sirulo Comunity    Mejuah-juah.
    <--> MEJUAH-JUAH <-->

    Tuesday, February 19, 2013

    Sora Mido


    Sora Mido(Suara Kesedihan). Sebuah syair dan lagu yang menggambarkan pristiwan "Karo Lautan Api" pada agresi militer Belanda I ditahun 1946. Lagu dan syair ini merupakan ungkapan kesedihan ataupu ratapan karena peperangan yang menimbulkan banyak korban harta, benda, dan jiwa. Lagu ini menggambarkan totalitas masyarakat Karo dalam berperang mempertahankan harga diri dan wilayahnya, dimana sejarah mencatat bahwa hampir seluruh wilayah Taneh Karo Simalem dibumi-hanguskan agar serdadu Belanda tidak dapat mempergunakan fasilitas apapun untuk menunjang administrasi dan pertahanannya di Taneh Karo. 

    Dalan catatan sejarah Drs. Teridah Bangun mengatakanpada agresi Belanda I tahun 1946 banyak kuta (kampung) yang dibumi-hanguskan supaya tidak dapat dipergunakan oleh pihak Belanda. Terdapat 53 kuta yang dibumihanguskan di Tanah Karo, yakni: 1. Jumaraja (Cintarayat); 2. Keling; 3. Payung; 4. Berastepu; 5. Batukarang; 6. Sarinembah; 7. Perbesi; 8. Kuala; 9. Kutabangun; 10. Pergendangen; 11. Keriahen; 12. Singgamanik; 13. Kinepen; 14. Munthe; 15. Suka; 16. Rumah Kabanjahe; 17. Kota Kabanjahe; 18. Berastagi; 19. Kacaribu; 20. Kandibata; 21. Lau Baleng; 22. Susuk; 23. Tiganderket. 24. Kuta Buluh; 25. Tanjung; 26. Gurukinayan; 27. Selandi 28. Kidupen; 29. Gunungmanukpa; 30. Toraja; 31. Silakkar; 32. Rajatengah; 33. Tigabinanga; 34. Ajinembah; 35. Tiga Panah; 36. Barus Jahe; 37. Tigajumpa; 38. Merek; 39. Tengging; 40. Garingging; 41. Ergaji; 42. Barung Kersap; 43. Tanjung Beringin; 44. Naman; 45. Sukadebi; 46. Kutatengah; 47. Sigarang-garang; 48. Ndeskati; 49. Gamber; 50. Gruhguh; 51. Sukajulu; 52. Kuta Lepar; dan 53. Mbang Sibabi. Kemudian rakyat Karo mengungsi ke Tanah Pakpak Dairi dan Tanah Alas di Aceh . Setelah perjanjian Renville Januari 1948 baru mereka kembali ke kampungnya masing-masing.  Lagu dengan melodi yang liris dan syahdu sangat tergambar kesedihan dan kepiluan didalamnya, ditambah penjelasan dari syairnya menggambarkan kekejaman peperangan, sehingga dibait-bait akhirnya ada terselip himbauan bagi para sinatang layar-layar(pemegang bendera, maksudnya: bendera lambang negara yang berdaulat, sehingga sinatang layar-layar merujuk kepada orang-orang yang memegang kedaulatan atau sederhananya pemerintah yang berkuasa) jangan melupakan kegetiran masa perang dan agar menghormati jasa-jasa pejuang dan keluarganya yang telah berkorban, sehingga kelak tidak ada lagi peperangan dan generasi berikutnya mampu menghargai jasa perjuangan bangsanya dan membawa bangsa Indonesia ini ke perubahan yang terus semakin baik. Berikut syair dari lagu Sora Mido.


    Sora Mido
    oleh: Djaga Sembiring Depari

    Terbegi sora bulung-bulung erdeso
    I babo makam pahlawan silino
    Bangunna serko medodo
    Cawir cere sorana mido-idom
    Cawir cere sorana mido-idom

    Terawih dipul meseng kutanta ndube
    Iluh silumang ras simbalu-mbalu erdire-dire
    Sora ndehereng erperenge-renge ate
    Kinata ngayak-ngayak merdeka ndube
    Kinata ngayak merdeka ndebe

    Emakana tangarlah si 'ncikep layar-layar
    Ola kam merangap, turang dingen ola kena erjagar-jagar
    Kesah ras dareh kel ndube tukurna merdekanta enda
    Ola lasamken pengorbanen bangsanta
    Ola lasamken kahulna bangsanta

    Enggo kap megara lau lawit ban dareh simbisanta
    Enggo megersing lau paya-paya ban iluh tangista
    Enggo kap gelap langit perbahan cimber meseng kutanta ndube
    Kinata ngayak-ngayak medeka kita
    Kinata ngayak-ngayak merdeka kita

    Tegu min dage temanta si’nggo cempang
    Didong doahken anak sitading melumang
    Keleng ras dame ateta sada karang
    Em pertangisen kalak lawes erjuang
    Em pertangisen kalak lawes erjuang


    Terbegi sora bulung-bulung erdeso
    Cawir cere sorana mido-idom
    Cawir cere sorana mido-idom






    No comments:

    Post a Comment

    Mejuah-juah!