Totalitas
perjuangan Karo yang tergambar dalam syair dan lagu
“ Dari Medan are ke Karo area ”. Pada pos kali ini, saya ingin membagikan
beberapa syair/lagu yang menceritakan perjuangan masyarakat Karo dalam melawan penjajahan serta
mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Berikut syair/lagu perjuangan Karo!
1. Erkata Bedil
Erkata Bedil adala salah satu lagu perjuangan
Karo(dalam cakap/bahasa Karo), karya
komponis nusantara Djaga Sembring Depari(Djaga Depari) asal Desa Seberaya,
Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Jika kita terjemahkan kedalam bahasa Indonesia,
Erkata Bedil mengandung artian “bunyi/dentuman senjata”. Erkata Bedil i kuta Medan(dentuman/bunyi
senjata di kota Medan)adalah kalimat pembuka dari syair lagu ini serta di baris
kedua dilanjutkan dengan kalimat Ngataken
kami maju ngelawan(sebagai pertanda(panggilan) bagi kami untuk maju
melawan). Itulah dua baris kalimat pada bait pembuka(pertama) dari lagu karya Djaga
Depari ini. Medan merupakan kota yang didirikan oleh seorang putra Karo bernama
Guru Patimpus Sembiring Pelawi asal Ajijahe(dataran tinggi Karo) yang
didiami penduduk asli dari suku Karo, Melayu, dan Simalungun, sehingga masuk
dalam walayah Taneh Karo Simalem, ataupun merupakan salah satu wilayah adat
suku Karo. Berkobarnya peperangan di kota Medan menjadi rasa tanggung jawab
bagi pemuda/i Karo dari wilayah-wilayah Taneh Karo lainnya untuk membantu
saudara-saudaranya yang di kota Medan. Perang di Medan adalah perang bagi
seluruh wilayah dan masyarakat Karo, maka sering dikatakan “dari Medan area menuju Karo area” ini
menunjukkan bahwa Medan adalah salah satu benteng terdepan yang sangat penting
bagi dataran tinggi Karo dan dataran tinggi Karo juga merupakan kekuatan utama
dari Dusun(Karo Jahe: Deli – Serdang/Medan), atau bisa dikatakan gudang laskar
Simbisa(Simbisa sebutan bagi laskat/pasukan Karo). Jika basis pertahanan Medan
telah takluk maka pastilah serangan akan ditujukan ke dataran tinggi Karo, dan
begitu juga sebaliknya. Karena, Medan dan dataran tinggi Karo merupakan satu
jaringan kekuatan perjuangan masyarakat Karo yang terus terhubung dan tak
terpisahkan. Hal ini juga tergambar dalam Perang
Sunggal yang tercatat sebagai perang telama yang pernah berlangsung di
nusantara, dimana saat Datuk Sunggal
Karo-karo Surbakti penguasa Urung Serbanyaman berperang melawan serdadu Belanda
yang dibantu oleh Sultan Deli, masyarakat Karo dari wilayah Taneh Karo lainnya
khususnya dari gugung(gunung/dataran
Tinggi Karo) tidak bisa berdiam diri saja, maka pasukan Simbisa Taneh Karo
pimpinan Nabung Surbakti yang mendapat persenjataan dari perdagangan dengan
Portugis dan Turki melalui Aceh dan senjata tradisional Karo berupa tumbak/lambing(tombak/lembing), tumbuk lada(keris khas Karo), leltep(sumpit beracun), dll
berbondong-bondong turun gunung membantu pasukan Datuk Sunggal melawan
penjajah.
Itulah sekilas gambaran totalitas masyarakat Karo dalam hal
berperang dalam rangka mempertahankan harga diri dan kedaulatan Taneh Karo
Simalem dan dalam perang kemerdekaan Indonesia. Berikut syair dari lagu Erkata Bedil.
Erkata bedil
i kuta Medan turang la megogo
Ngataken kami maju ngelawan ari oh, turang
Tading ijenda si turang besan turang la megogo
Rajin kujuma si muat nakan ari o, turang
Ngataken kami maju ngelawan ari oh, turang
Tading ijenda si turang besan turang la megogo
Rajin kujuma si muat nakan ari o, turang
O, turang la
megogo ( kai aku nindu turang )
Uga sibahan arihta?
Arih-arihta tetap ersada ari o, turang
Uga sibahan arihta?
Arih-arihta tetap ersada ari o, turang
Adina lawes
kena ku medan perang turang la megogo
Petetap ukur ola melantar ari o, turang
Adina ue nina pagi pengindo turang la megogo
Sampang nge pagi simalem ukur ari o, turang
Petetap ukur ola melantar ari o, turang
Adina ue nina pagi pengindo turang la megogo
Sampang nge pagi simalem ukur ari o, turang
Oh, turang la megogo (kai nindu ari turang)
Uga sibaha arih-arihta
Arih-arihta tetap ersada ari o, turang
Adina sudu
tangkena lenga turang la megogo
Pasarna licin bentengna wajan ari o, turang
Pasarna licin bentengna wajan ari o, turang
Adina tuhu
atendu ngena turang la megogo
Tantangi cincin man tanda mata ari o, turang
Tantangi cincin man tanda mata ari o, turang
[ O, turang
la megogo ( kai aku nindu turang )
Uga sibahan arih ta arih-arihta tetap ersada ari o turang ] 2x
Uga sibahan arih ta arih-arihta tetap ersada ari o turang ] 2x
Lagu erkata bedil di youtube.
2. Sora Mido
Sora Mido(Suara Kesedihan), merupakan
ungkapan kesedihan ataupu ratapan karena peperangan yang menimbulkan banyak
korban harta, benda, dan jiwa. Lagu ini menggambarkan totalitas masyarakat Karo
dalam berperang mempertahankan harga diri dan wilayahnya, dimana sejarah
mencatat bahwa hampir seluruh wilayah Taneh Karo Simalem dibumi-hanguskan agar
serdadu Belanda tidak dapat mempergunakan fasilitas apapun untuk menunjang
administrasi dan pertahanannya di Taneh Karo(Dalan catatan sejarah Drs.
Teridah Bangun, pada agresi Belanda I tahun 1947 banyak kuta (kampung) yag
dibumi-hanguskan supaya tidak dapat dipergunakan oleh penjajah. Terdapat 53
kuta yang dibumihanguskan di Tanah Karo, yakni: 1. Jumaraja (Cintarayat); 2.
Keling; 3. Payung; 4. Berastepu; 5. Batukarang; 6. Sarinembah; 7. Perbesi; 8.
Kuala; 9. Kutabangun; 10. Pergendangen; 11. Keriahen; 12. Singgamanik; 13.
Kinepen; 14. Munthe; 15. Suka; 16. Rumah Kabanjahe; 17. Kota Kabanjahe; 18.
Berastagi; 19. Kacaribu; 20. Kandibata; 21. Lau Baleng; 22. Susuk; 23. Tiganderket.
24. Kuta Buluh; 25. Tanjung; 26. Gurukinayan; 27. Selandi 28. Kidupen; 29.
Gunungmanukpa; 30. Toraja; 31. Silakkar; 32. Rajatengah; 33. Tigabinanga; 34.
Ajinembah; 35. Tiga Panah; 36. Barus Jahe; 37. Tigajumpa; 38. Merek; 39.
Tengging; 40. Garingging; 41. Ergaji; 42. Barung Kersap; 43. Tanjung Beringin;
44. Naman; 45. Sukadebi; 46. Kutatengah; 47. Sigarang-garang; 48. Ndeskati; 49.
Gamber; 50. Gruhguh; 51. Sukajulu; 52. Kuta Lepar; dan 53. Mbang Sibabi. Kemudian
rakyat Karo mengungsi ke Tanah Pakpak Dairi dan Tanah Alas di Aceh. Setelah
perjanjian Renville Januari 1948 baru mereka kembali ke kampungnya
masing-masing. Lagu dengan melodi yang
liris dan syahdu yang sangat tergambar kesedihan dan kepiluan didalamnya,
ditambah penjelasan dari syairnya yang menggambarkan kekejaman peperangan,
sehingga dibait-bait akhirnya ada terselip himbauan bagi para sinatang layar-layar(pemegang bendera,
maksudnya: bendera lambang negara yang berdaulat, sehingga sinatang layar-layar merujuk kepada orang-orang yang memegang
kedaulatan atau sederhananya pemerintah yang berkuasa) jangan melupakan
kegetiran masa perang dan agar menghormati jasa-jasa pejuang dan keluarganya
yang telah berkorban, sehingga kelak tidak adalagi peperangan dan generasi
berikutnya mampu menghargai jasa perjuangan bangsanya dan membawa bangsa
Indonesia ini ke perubahan yang terus semakin baik. Berikut syair dari lagu
Sora Mido. Berikut syair dari lagu Sora Mido.
Sora Mido
Terbegi sora
bulung-bulung erdeso
I babo makam
pahlawan silino
Bangunna
serko medodo
Cawir cere
sorana mido-idom
Cawir cere
sorana mido-idom
Terawih
dipul meseng kutanta ndube
Iluh
silumang ras simbalu-mbalu erdire-dire
Sora
ndehereng erperenge-renge ate
Kinata
ngayak-ngayak medeka ndube
Kinata
ngayak merdeka ndebe
Emakana
tangarlah si’ncikep layar-layar
Ola kam
merangap, turang dingen ola kena erjagar-jagar
Kesah ras
dareh kel ndube tukurna merdekanta enda
Ola lasamken
pengorbanen bangsanta
Ola lasamken
kahulna bangsanta
Enggo kap
megara lau lawit ban dareh simbisanta
Enggo
megersing lau paya-paya ban iluh tangista
Enggo kap
gelap langit perbahan cimber meseng kutanta ndube
Kinata
ngayak-ngayak medeka kita
Kinata
ngayak-ngayak merdeka kita
Tegu min
dage temanta si’nggo cempang
Didong
doahken anak sitading melumang
Keleng ras
dame ateta sada karang
Em
pertangisen kalak lawes erjuang
Em
pertangisen kalak lawes erjuang
Tebegi sora
bulung-bulung erdeso
Cawir cere
sorana mido-idom
Cawir cere
sorana mido-idom
Sora Mido : Juliana Br. Tarigan & Alasen Barus
Sora Mido : Ramlah Br. Sitepu
3. I juma I padang sambo
Kata Padang Sambo dalah tradisi Karo sering dipakai untuk menunjukkan
sebuah lokasi/tempat kegiatan untuk mencari nafkah, bisa berupa laut(nelayan), juma-juam(ladang: petani), tiga/pajak(pasar: pedagang), dlsb.
Adapun lagu I juma-juma I padang sambo ini
menceritakan kegetiran dimasa perang, dimana beru Indonesia(putri Indonesia) bukan saja ikut serta secara
langsung ke medan perang apakah sebagai tenaga medis, logistik, ataupun ikut
serta mengangkat senjata, akan tetapi ada hal yang tak kalah penting, dima kaum
wanita ini juga bertanggung jawab dalam membesarkan, merawat, serta memenuhi segala
kebutuhan keluarga saat suaminya ataupun ayahnya pergi ke medan perang. Berikut syair dari lagu I juma-juma I padang sambo, karya: Djaga Depari.
Seh kel
bergehna bage I tengah juma
Rikut udanna
pe gembura
Wari si ben
pe bage ‘nggo ndabuh ku gelapna
I juma-juma I
padang sambo
Doah-doah
kudidong o, turang la megogo
E(i) karaben
I padang sambo
Ola kel
tangis, turang gelah kena mehuli
Nde lenga
gia bapanta mulih
Ibas tugasna
nari si la erlatih-latih
Engkawali
rakyat si la erpilih
Doah-doah
kudidong o, turang la megogo
E(i) karaben
i padang sambo
Tangiska
turang singuda ari
Terbapa-bapa
la erngadi-ngadi
Mejuah-juah
gelah bapata agi
Mulih me
pagi mbaba berita simehuli
I juma-juma I
padang sambo
Doah
kudidong o, turang la mego-go
I juma-juma i padang sambo : Juliana Br. Tarigan
Melinta B. Br. Sembiring
Mejuah-juah Indonesia Simalem.
main nge bang...
ReplyDelete:D
(Y)
Bang baci post ndu kalender karo tahun 2018 enda?
ReplyDelete